Penutupan sejumlah dealer Honda di berbagai wilayah Indonesia telah memicu kekhawatiran publik. Banyak yang bertanya-tanya apakah ini pertanda perusahaan otomotif besar tersebut akan bangkrut.
Honda, yang telah lama menjadi pemain dominan di industri otomotif Indonesia, baik roda dua maupun roda empat, kini menghadapi tantangan signifikan. Meskipun model-model populer seperti Brio, Jazz, dan CR-V masih diminati, penjualan mengalami penurunan drastis.
Penurunan Penjualan Honda: Lebih dari 35%
Data Gaikindo menunjukkan penurunan penjualan mobil Honda yang signifikan. Dari Januari hingga April 2024, penjualan hanya mencapai sekitar 32 ribu unit, turun lebih dari 35% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (50 ribu unit).
Penurunan ini terjadi baik di sektor grosir (wholesale) maupun ritel (retail).
Faktor Penyebab Anjloknya Penjualan Honda
Kondisi ekonomi nasional yang kurang menguntungkan menjadi faktor utama. Inflasi yang tinggi, suku bunga kredit yang meningkat, dan harga kendaraan yang mahal membuat konsumen berpikir ulang sebelum membeli mobil baru, terutama secara kredit.
Sebagian besar pembelian mobil di Indonesia (70-80%) menggunakan skema kredit.
Harga mobil Honda yang relatif tinggi juga menjadi kendala. Honda HR-V misalnya, dibanderol mulai dari Rp392 juta, sementara Brio, yang sering dianggap sebagai mobil ekonomis, kini harganya mencapai Rp170 juta.
Biaya Perawatan dan Reputasi CVT
Selain harga beli, biaya perawatan dan servis yang tinggi juga menjadi pertimbangan. Mahalnya suku cadang dan kekhawatiran terhadap ketahanan transmisi CVT yang dianggap rentan masalah, membuat calon pembeli beralih ke mobil bekas atau merek lain yang lebih terjangkau dan diyakini lebih andal.
Persaingan Ketat dari Pabrikan China
Produsen mobil China kini menjadi pesaing berat. Dengan desain modern, teknologi canggih, dan harga yang lebih kompetitif, merek-merek seperti Wuling, Chery, dan BYD menguasai pasar, membuat merek Jepang, termasuk Honda, terlihat kurang unggul.
Dampak Penurunan Penjualan terhadap Dealer
Berkurangnya konsumen berdampak langsung pada pendapatan dealer, terutama dari layanan purna jual (aftersales). Penjualan suku cadang dan jasa servis menurun drastis.
Setelah masa garansi habis, banyak pemilik mobil memilih bengkel umum dan suku cadang alternatif yang lebih murah. Akibatnya, banyak dealer mengalami kerugian dan terpaksa tutup.
Beberapa dealer merek lain, seperti Toyota, bahkan mulai menawarkan jasa perbaikan bodi untuk semua merek sebagai strategi bertahan hidup.
Honda: Konsolidasi, Bukan Kebangkrutan
Meskipun menghadapi tantangan, Honda tidak akan bangkrut. Penutupan dealer merupakan strategi efisiensi bisnis.
Honda tengah merampingkan jaringan, menutup outlet yang tidak menguntungkan, dan fokus pada wilayah dengan potensi pasar yang lebih besar.
Honda tetap berada di tiga besar produsen mobil terlaris di Indonesia. Namun, jika tidak melakukan perubahan signifikan dalam desain, teknologi, dan harga dalam 5-10 tahun ke depan, dominasi mereka bisa tergeser oleh merek-merek China.
Kesimpulannya, penutupan dealer Honda bukan merupakan sinyal kebangkrutan, melainkan dampak dari berbagai faktor ekonomi, perubahan preferensi konsumen, dan persaingan yang semakin ketat. Kemampuan Honda untuk beradaptasi dengan cepat akan menentukan masa depan mereka di pasar otomotif Indonesia yang dinamis.
Informasi ini dirangkum dari kanal YouTube @FUSE BOX, Sabtu, 7 Juni 2025.