PT Gudang Garam, raksasa rokok asal Kediri, tengah menghadapi tantangan berat. Laba bersih perusahaan mengalami penurunan drastis, dari Rp 5,32 triliun di tahun 2023 menjadi hanya Rp 980,8 miliar di tahun 2024. Penurunan sebesar 81,57 persen ini mengindikasikan kesulitan yang dihadapi perusahaan dalam mempertahankan posisinya di tengah persaingan yang semakin ketat.
Faktor utama penyebab penurunan laba ini adalah kenaikan beban cukai rokok yang terus meningkat setiap tahunnya. Beban ini semakin diperparah oleh maraknya peredaran rokok ilegal yang menggerus pangsa pasar perusahaan-perusahaan rokok besar. Situasi ini telah memberikan dampak signifikan terhadap kinerja keuangan Gudang Garam.
Anjloknya Kinerja Keuangan Gudang Garam
Penurunan laba Gudang Garam bukan hanya tercermin dalam laporan keuangan. Hal ini juga terlihat jelas dari penurunan harga saham perusahaan. Harga saham GGRM yang sebelumnya mendekati Rp 90.000 per saham sebelum tahun 2020, kini anjlok hingga di kisaran Rp 9.000-an di tahun 2025. Penurunan harga saham ini menunjukkan kurangnya kepercayaan investor terhadap kinerja perusahaan di masa mendatang.
Kondisi ini diperparah oleh tren penurunan konsumsi rokok di Indonesia. Upaya pemerintah dalam menekan angka perokok melalui berbagai regulasi, seperti larangan iklan rokok dan penegakan hukum terhadap penjualan rokok kepada anak di bawah umur, juga ikut berpengaruh.
Struktur Kepemilikan Gudang Garam
Keluarga Wonowidjojo merupakan pemegang saham mayoritas di PT Gudang Garam Tbk melalui perusahaan investasinya, PT Suryaduta Investama. PT Suryaduta Investama menguasai 69,29 persen saham Gudang Garam. Susilo Wonowidjojo, sebagai konglomerat ternama, menjadi pengendali utama di perusahaan induk ini.
Susilo Wonowidjojo, anak pendiri Gudang Garam, Surya Wonowidjoyo, juga memiliki kepemilikan langsung saham Gudang Garam sebesar 0,09 persen. Anggota keluarga lainnya, Juni Setiawati Wonowidjojo, juga tercatat sebagai pemegang saham dengan kepemilikan 0,58 persen dan menjabat sebagai Komisaris Utama. Juni Setiawati Wonowidjojo juga dikenal sebagai salah satu wanita terkaya di Indonesia.
Dampak Penurunan Harga Saham Gudang Garam
Pada perdagangan terakhir di Bursa Efek Indonesia (BEI) tanggal 23 Juni 2025, harga saham Gudang Garam tercatat sebesar Rp 8.675, turun Rp 425 dibandingkan perdagangan hari Jumat sebelumnya. Penurunan ini semakin memperburuk kinerja saham yang telah mengalami penurunan tajam dalam beberapa tahun terakhir.
Pada awal tahun 2019, harga saham GGRM masih berada di level Rp 80.000-an, bahkan sempat menyentuh angka Rp 83.650 per lembar pada minggu pertama April 2019. Perbandingan ini menggambarkan betapa drastisnya penurunan harga saham Gudang Garam dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Penurunan ini menjadi bukti nyata tantangan yang dihadapi perusahaan dalam mempertahankan bisnisnya di tengah perubahan lanskap industri rokok.
Kondisi tersebut membuat saham Gudang Garam jauh dari kejayaannya di masa lalu. Dahulu, saham perusahaan rokok, termasuk Gudang Garam, termasuk dalam deretan saham dengan harga tertinggi di BEI. Namun saat ini, harga sahamnya berada jauh di bawah angka tersebut. Hal ini tentunya menjadi perhatian bagi investor dan pengamat pasar modal.
Selain Keluarga Wonowidjojo, beberapa pemegang saham lain di Gudang Garam termasuk Lucas Mulia Suhardja, PT Suryamitra Kusuma, dan publik. Namun, porsi kepemilikan Keluarga Wonowidjojo masih sangat dominan. Masa depan Gudang Garam sangat bergantung pada strategi yang akan diterapkan perusahaan untuk menghadapi tantangan yang ada, terutama dalam menghadapi penurunan konsumsi rokok dan persaingan yang semakin ketat. Kemampuan adaptasi dan inovasi akan menjadi kunci keberhasilan perusahaan di masa depan.
