Perang harga di pasar mobil listrik China telah mencapai titik yang mengkhawatirkan. Wakil Presiden Eksekutif BYD, Stella Li, secara terbuka menyatakan keprihatinannya terhadap situasi ini, menyebut persaingan yang terjadi sebagai sesuatu yang “ekstrem, sangat berat, dan tidak berkelanjutan.”
Pernyataan Li ini disampaikan dalam sebuah acara Bloomberg News di London, dan mencerminkan kekhawatiran yang meluas di industri otomotif China. Penurunan harga yang drastis telah memicu kekhawatiran akan dampak negatif jangka panjang bagi industri ini.
Konsolidasi di Pasar Mobil Listrik China
Li memprediksi akan terjadi konsolidasi di antara pemain besar otomotif China. Hal ini sebagai respons atas persaingan harga yang tidak sehat dan tidak berkelanjutan.
BYD sendiri, sebagai produsen EV terbesar di China, telah menjadi salah satu pelaku utama dalam perang harga ini. Pada Mei 2025, mereka memangkas harga 22 model kendaraan listrik dan hibrida, dengan harga awal model termurahnya, Seagull, turun menjadi hanya 55.800 yuan (sekitar Rp 130 juta).
Ekspansi Global BYD yang Pesat
Terlepas dari perang harga di pasar domestik, ekspansi global BYD tampaknya tidak terhenti. Pada bulan Mei 2025, penjualan BYD di Eropa berhasil melampaui Tesla, mencatatkan peningkatan penjualan sebesar 169 persen dibandingkan April 2024.
Sebagai perbandingan, penjualan Tesla di Eropa justru anjlok hingga 49 persen pada periode yang sama. Keberhasilan BYD ini menunjukkan potensi besar mereka di pasar internasional, meskipun persaingan di pasar domestik semakin ketat.
BYD juga tengah mempersiapkan lebih banyak model untuk pasar global. Mereka berencana meluncurkan setidaknya dua model plug-in hybrid baru di Eropa pada tahun 2025.
Regulasi dan Masa Depan Perang Harga
Pemerintah China telah mengakui situasi ini dan menyerukan upaya untuk “secara komprehensif merapikan kompetisi yang involusioner.” Istilah “involusioner” digunakan oleh Perdana Menteri Li Qiang untuk menggambarkan dinamika pasar yang semakin merugikan pelaku industri.
Penurunan harga mobil listrik dan hybrid di China memang signifikan dalam dua tahun terakhir. Asosiasi Produsen Mobil China (CAAM) memperingatkan bahwa perang harga yang tak terkendali dapat membahayakan industri otomotif lokal.
Kementerian Industri dan Teknologi Informasi China (MIIT) berencana memperketat regulasi untuk mendorong persaingan yang lebih sehat. Namun, beberapa pihak pesimistis terhadap keberhasilan upaya ini, memprediksi perang harga akan semakin intensif.
CEO Xpeng, He Xiaopeng, misalnya, meragukan perang harga akan segera berakhir. Ia bahkan memperkirakan persaingan akan semakin ketat dalam lima tahun ke depan.
Pernyataan Xiaopeng menunjukkan bahwa tantangan di pasar mobil listrik China masih akan cukup besar. Meskipun ada upaya regulasi, dinamika pasar yang kompetitif dan jumlah produsen yang terus bertambah akan terus mendorong persaingan harga yang ketat di masa mendatang.
Situasi ini akan menentukan bagaimana pemain-pemain di pasar mobil listrik China akan beradaptasi dan bertahan. Kemampuan untuk berinovasi, efisiensi biaya, dan strategi pemasaran yang efektif akan menjadi kunci kesuksesan di tengah persaingan yang semakin ketat.