Ghosting, praktik memutuskan komunikasi tanpa penjelasan, tak hanya terjadi dalam hubungan romantis. Pertemanan pun rentan terhadap perilaku menyakitkan ini. Kehilangan seorang teman secara tiba-tiba dapat menimbulkan rasa kecewa, bingung, bahkan merugikan harga diri.
Memahami apa yang harus dilakukan saat di-ghosting oleh teman sangat penting untuk memulihkan diri dan mencegah dampak negatif berkepanjangan. Berikut beberapa langkah yang dapat membantu Anda melewati masa sulit ini.
Ghosting: Pelecehan Emosional dalam Pertemanan
Ghosting, terutama saat kita sedang menghadapi kesulitan, dapat dikategorikan sebagai pelecehan emosional.
Pakar psikologi dan hubungan pertemanan, Dr. Miriam Kirmayer, menyatakan bahwa memutuskan kontak tanpa penjelasan, khususnya ketika seseorang sedang dalam keadaan sulit, merupakan bentuk pelecehan emosional. Kehilangan teman secara mendadak dapat memicu kesedihan, kebingungan, dan menurunkan harga diri.
Namun, penting diingat bahwa tindakan orang lain tidak seharusnya menentukan nilai diri kita.
Memahami Perspektif Teman yang Melakukan Ghosting
Ghosting tidak selalu disebabkan oleh ketidaksukaan.
Profesor psikologi Mahzad Hojjat menjelaskan bahwa kita seringkali tidak mengetahui apa yang sedang dialami orang lain dalam kehidupan pribadi mereka. Bisa jadi, teman Anda sedang berjuang dengan masalah internal yang membuatnya perlu menjauh.
Krisis yang kita alami mungkin memicu kenangan buruk pada teman kita, sehingga mereka menjauh sebagai bentuk perlindungan diri. Meskipun menyakitkan, ini adalah perspektif yang perlu dipertimbangkan.
Beri Waktu untuk Proses Berduka
Kehilangan seorang teman dapat terasa sama menyakitkannya dengan putus cinta.
Rasa marah, kecewa, dan sedih adalah hal yang wajar. Berikan diri Anda waktu untuk memproses emosi tersebut. Dr. Kirmayer menyarankan untuk bertanya pada diri sendiri, “Apa yang akan saya katakan kepada seorang teman yang mengalami hal ini?” lalu terapkan pada diri sendiri.
Menceritakan pengalaman kepada teman terpercaya atau menuangkan perasaan dalam jurnal dapat membantu proses penyembuhan.
Mengungkapkan Perasaan dan Menerima Kenyataan
Mengungkapkan perasaan kepada teman yang menghilang adalah hal yang sah.
Namun, jangan berharap mendapat respons yang sempurna. Dr. Kirmayer menyarankan untuk menyampaikan perspektif Anda, tetapi tanpa mengharapkan penjelasan atau permintaan maaf. Menulis surat kepada mantan teman, tanpa perlu mengirimkannya, dapat menjadi proses refleksi dan penyembuhan.
Penerimaan dan Membuka Bab Baru
Persahabatan bisa berubah atau berakhir seiring waktu.
Sebuah studi dari Universitas Utrecht menunjukkan bahwa 70 persen persahabatan berakhir dalam tujuh tahun. Setelah luka mulai sembuh, terima bahwa hubungan tersebut pernah berarti, meskipun takdirnya tidak untuk selamanya.
Ghosting, meskipun menyakitkan, bisa menjadi kesempatan untuk membuka diri terhadap hubungan baru yang lebih sehat dan penuh empati.
Membangun Hubungan yang Sehat
Setelah pulih dari trauma kehilangan teman, fokuslah untuk membangun hubungan baru yang lebih sehat.
Carilah orang-orang yang memahami empati dan memberikan ruang. Prioritaskan hubungan yang saling mendukung dan menghargai.
Menghadapi ghosting dalam pertemanan membutuhkan kekuatan dan kedewasaan emosional. Dengan memahami berbagai perspektif, memproses emosi secara sehat, dan membuka diri untuk hubungan baru, Anda dapat melewati masa sulit ini dan membangun hubungan yang lebih bermakna di masa depan. Ingatlah bahwa nilai diri Anda tidak ditentukan oleh tindakan orang lain.