Sebuah pesawat Saudia Airlines yang membawa 442 jemaah haji terpaksa melakukan pendaratan darurat di Bandara Kualanamu, Medan, Sumatera Utara, setelah Kementerian Perhubungan menerima ancaman bom melalui email. Kejadian ini memicu penyelidikan intensif oleh pihak berwenang Indonesia, yang melibatkan kerja sama internasional untuk mengungkap asal usul ancaman tersebut.
Polri, badan kepolisian Indonesia, langsung bergerak cepat dengan menggandeng Federal Bureau of Investigation (FBI) Amerika Serikat untuk menelusuri asal usul email ancaman tersebut. Kerja sama ini dianggap krusial karena penyelidikan melibatkan otoritas di luar negeri.
Polri Gandeng FBI Usut Ancaman Bom
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa koordinasi dengan FBI sedang berlangsung untuk menyelidiki email ancaman tersebut. Kejanggalan ditemukan pada alamat email pengirim.
Hasil penyelidikan sementara menunjukkan bahwa email tersebut dikirim dari wilayah Arab Saudi, namun menggunakan akun anonim yang tidak sesuai profil pengguna. Polri masih mendalami lebih lanjut temuan ini.
Jenderal Listyo menambahkan bahwa masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah kasus ini masuk yurisdiksi hukum Indonesia atau merupakan kejahatan lintas negara. Penyelidikan bersama FBI akan menentukan hal tersebut.
Kronologi Kejadian dan Penanganan di Bandara Kualanamu
Pesawat Saudia Airlines dengan nomor penerbangan SV-5276, rute Jeddah-Jakarta, membawa 442 jemaah haji kloter 12 Debarkasi Jakarta. Pesawat tersebut dijadwalkan terbang dari Bandara Kualanamu menuju Bandara Soekarno-Hatta.
Setelah menerima ancaman bom, pilot memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat di Bandara Kualanamu pada tanggal 18 Juni 2025. Proses evakuasi dan pemeriksaan dilakukan dengan cepat dan terkoordinasi.
Tim gabungan dari Gegana Polri, Tim Penjinak Bom Polda Sumut, TNI AD, TNI AU, Aviation Security, dan PKP-PK Bandara Kualanamu langsung melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap pesawat dan barang bawaan penumpang. Proses pemeriksaan berlangsung hingga pukul 18.47 WIB dan hasilnya negatif. Tidak ditemukan bom atau bahan peledak lainnya.
Semua penumpang dan awak pesawat kemudian ditampung di penginapan terdekat. Setelah dipastikan aman, para jemaah haji diterbangkan ke Jakarta pada hari yang sama.
Pengamanan di Bandara Kualanamu
Polresta Deliserdang mengerahkan 45 personel untuk mengamankan proses keberangkatan jemaah haji. Mereka mendapat dukungan personel dari Kodim 0204 DS.
Proses penjemputan penumpang dari hotel menuju bandara dilakukan oleh perusahaan Groundhandling PT JAS Bandara Kualanamu. Penumpang diarahkan ke ruang tunggu keberangkatan di area pintu 5 dan 6.
Pastikan Keselamatan Penerbangan Haji
Ditjen Hubud Kementerian Perhubungan memastikan keselamatan dan keamanan seluruh penumpang jemaah haji. Langkah cepat diambil setelah ancaman bom diterima.
Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah II Medan, Asri Santosa, menjelaskan bahwa penanganan darurat dilakukan termasuk pemeriksaan menyeluruh terhadap penumpang, awak pesawat, kabin pesawat, dan barang bawaan.
Bandara Kualanamu tetap beroperasi normal selama proses penanganan darurat. Pemeriksaan dilakukan di area isolasi sehingga tidak mengganggu operasional bandara lainnya.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Lukman F. Laisa, menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penanganan ancaman bom. Semua prosedur keamanan penerbangan diikuti sesuai peraturan yang berlaku.
Kasus ancaman bom terhadap pesawat Saudia Airlines ini menyoroti pentingnya kerja sama internasional dalam menanggulangi ancaman terorisme terhadap penerbangan. Kecepatan dan koordinasi yang dilakukan oleh berbagai pihak di Indonesia, didukung oleh FBI, menunjukkan kesigapan dalam menghadapi ancaman dan memastikan keselamatan penumpang.
