Lebih dari 5.000 jamaah memadati Lapangan Tibubeneng, Bali, untuk melaksanakan salat Idul Adha 1444 H. Kehadiran jamaah dari berbagai latar belakang, termasuk warga negara asing (WNA), menciptakan suasana ibadah yang khidmat dan penuh persaudaraan.
Salat Id yang digelar di Canggu, Kuta Utara, Badung, ini tidak hanya diikuti oleh masyarakat lokal. Keikutsertaan WNA muslim turut menambah semarak perayaan Idul Adha di Pulau Dewata.
Jamaah Asing Mengisi Khidmat Salat Idul Adha di Bali
Omar, seorang pria asal Senegal, berbagi pengalamannya merayakan Idul Adha di Bali bersama dua temannya, Kareem dari Maroko dan Sofian dari Aljazair. Ketiganya tampak khusyuk mengikuti seluruh rangkaian ibadah.
“Ini hari yang sangat indah. Kami sangat menikmati momen ini, banyak orang dari berbagai negara,” ungkap Omar sambil menggendong seorang anak kecil, Jumat (6/7/2025).
Kareem, yang telah tinggal di Indonesia selama setahun, merasakan perbedaan suasana salat Id di Bali dibandingkan negaranya. Ia merasa suasana di Bali lebih inklusif dan memberikan kebebasan beribadah.
“Di sini kami bisa beribadah dengan bebas, baik sendiri maupun bersama komunitas. Di negara saya sulit, karena agama kami tidak terlalu diterima. Tapi di Indonesia, terutama di sini, sangat mudah menjadi muslim. Berbeda sekali dengan di Eropa,” jelas Kareem.
Pengalaman Unik Merayakan Idul Adha di Pulau Dewata
Dua wisatawan asal Paris, Saba dan Safi, baru tiba sehari di Bali, namun langsung bergabung dalam salat Id di Lapangan Tibubeneng. Mereka mengaku tak menyangka bisa merasakan Idul Adha di Indonesia.
“Kami tidak menyangka bisa merasakan Idul Adha di sini. Ini sesuatu yang baru dan menyenangkan,” kata Saba.
Saba menambahkan, “Besok kami juga akan ikut berkurban bersama warga.”
Partisipasi aktif WNA dalam perayaan Idul Adha di Bali menunjukkan keramahan dan toleransi masyarakat lokal. Hal ini menjadikan perayaan Idul Adha di Bali semakin bermakna dan beragam.
Partisipasi Aktif WNA dalam Ibadah dan Kurban
Yulianto, Ketua Panitia Hari Besar Islam Masjid Al Hasanah, menjelaskan bahwa salat Id di lapangan karena keterbatasan kapasitas masjid. Ia mengapresiasi antusiasme warga asing yang tidak hanya ikut salat, tetapi juga berpartisipasi dalam kegiatan kurban.
Lebih dari 15 WNA ikut berkurban tahun ini. Bahkan ada yang baru tiba dari Pakistan dan langsung mencari informasi tentang kegiatan kurban di masjid.
Kehadiran jamaah asing dalam jumlah signifikan menunjukkan Bali sebagai destinasi wisata yang ramah dan inklusif bagi pemeluk agama Islam. Mereka merasa nyaman dan diterima dengan baik oleh masyarakat setempat.
Suasana salat Idul Adha di Lapangan Tibubeneng menjadi bukti nyata kerukunan umat beragama di Bali. Hal ini juga menunjukkan potensi pariwisata religi di Bali yang semakin berkembang dan menarik minat wisatawan mancanegara.
Perpaduan budaya dan agama yang harmonis di Bali menciptakan pengalaman Idul Adha yang tak terlupakan bagi para WNA yang berpartisipasi. Semoga hal ini terus terjaga dan menjadi contoh toleransi antarumat beragama di Indonesia.