Indonesia kembali menegaskan komitmennya untuk mencapai target nol kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) pada tahun 2030. Hal ini disampaikan bertepatan dengan peringatan ASEAN Dengue Day (ADD) 2025 yang jatuh pada 15 Juni lalu. Peringatan ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran dan upaya pencegahan DBD di Indonesia, yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Data menunjukkan tingginya angka kasus DBD di Indonesia. Pada tahun 2024, tercatat 257.455 kasus dengan 1.461 kematian, angka tertinggi sejak 2016. Hingga 16 Mei 2025, terdapat 56.269 kasus dan 250 kematian yang tersebar di 456 kabupaten/kota.
Strategi Nasional Penanggulangan DBD: Edukasi dan Pengendalian Vektor
Strategi Nasional Penanggulangan DBD menitikberatkan pada edukasi masyarakat dan pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti.
Penerapan 3M Plus (menguras, menutup, dan memanfaatkan kembali tempat penampungan air, serta plusnya memanfaatkan abate, menanam tanaman pengusir nyamuk, dan membersihkan lingkungan) sangat penting.
Inovasi seperti penggunaan nyamuk Wolbachia dan vaksinasi juga menjadi kunci dalam menekan angka kasus DBD.
Tingkat Kematian DBD Tertinggi pada Anak-Anak
Mayoritas kasus DBD di Indonesia terjadi pada kelompok usia 5-44 tahun.
Namun, angka kematian tertinggi justru ditemukan pada anak usia 5-14 tahun.
Fakta ini menggarisbawahi pentingnya perlindungan dini terhadap anak-anak, termasuk melalui vaksinasi DBD.
Indonesia juga mencatat beban Disability-Adjusted Life Years (DALYs) tertinggi di Asia akibat DBD.
Oleh karena itu, imunisasi lengkap sesuai dosis sangat penting untuk mengurangi keparahan dan penyebaran infeksi.
Peran Vaksinasi dalam Mengurangi Angka Kematian DBD
Vaksin DBD telah terbukti efektif menurunkan angka kematian global akibat DBD.
Vaksinasi dipercaya mampu mengurangi angka kematian global hingga 3,5 hingga 5 juta jiwa per tahun.
Hal ini menjadikan vaksinasi sebagai salah satu upaya penting dalam pengendalian penyakit DBD.
ASEAN Dengue Day yang diperingati setiap 15 Juni sejak 2011 bertujuan untuk memperkuat kolaborasi pengendalian DBD di Asia Tenggara.
Kegiatan kampanye dan edukasi masyarakat secara rutin dilakukan oleh negara-negara anggota ASEAN.
Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, menekankan bahwa DBD merupakan ancaman sepanjang tahun yang tidak pandang usia dan wilayah.
Beliau menambahkan bahwa setiap kematian akibat DBD merupakan tragedi yang sebenarnya bisa dicegah.
Takeda bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Jawa Barat menggelar seminar ilmiah bertema “Strengthen the Role of Healthcare Workers: Together We Fight Dengue”.
Seminar tersebut melibatkan dokter spesialis anak dari seluruh Indonesia untuk membahas upaya pencegahan dan pengendalian DBD.
Upaya penanggulangan DBD membutuhkan kerja sama dan komitmen dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, hingga masyarakat. Edukasi, pencegahan, dan inovasi teknologi harus diintegrasikan secara menyeluruh untuk mencapai target nol kematian akibat DBD di tahun 2030. Peran aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan 3M Plus sangat krusial dalam memutus rantai penularan penyakit ini.