Idul Adha tak hanya identik dengan daging kurban. Jeroan, atau organ dalam hewan kurban, juga menjadi hidangan yang banyak dinantikan. Kepopulerannya bukan tanpa alasan, pasalnya organ dalam menyimpan beragam manfaat kesehatan yang bahkan melebihi daging merah biasa.
Namun, konsumsi jeroan perlu diwaspadai. Meskipun kaya nutrisi, mengonsumsi jeroan secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan. Mari kita bahas lebih lanjut manfaat dan risiko mengonsumsi jeroan.
Apa Itu Jeroan dan Kandungan Nutrisinya?
Jeroan merujuk pada organ dalam hewan selain daging otot. Contohnya meliputi:
- Darah, tulang, dan kulit.
- Otak.
- Jantung.
- Ginjal dan hati.
- Usus dan babat (lapisan lambung).
- Pankreas dan timus.
- Lidah.
Ahli gizi Julia Zumpano, RD, LD, menjelaskan bahwa jeroan kaya akan vitamin dan mineral penting. Vitamin A untuk kesehatan mata dan kekebalan tubuh, Vitamin D untuk tulang dan sistem imun, Vitamin E sebagai antioksidan, Vitamin K2 untuk kesehatan tulang, Vitamin B6 dan B12 untuk sistem imun, serta selenium, magnesium, dan zinc.
Kandungan nutrisi ini bervariasi tergantung jenis organ dan hewannya. Secara umum, jeroan merupakan tambahan bergizi jika dikonsumsi dengan bijak.
Bahaya Konsumsi Jeroan Berlebihan
Meskipun bermanfaat, konsumsi jeroan berlebihan dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Berikut beberapa risikonya:
1. Peningkatan Asam Urat
Dr. Ray Rattu, SpPD dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, menjelaskan bahwa jeroan kaya purin. Purin, setelah diproses tubuh, menghasilkan asam urat.
Konsumsi berlebihan dapat meningkatkan kadar asam urat secara signifikan, baik pada individu dengan kadar normal maupun yang sudah memiliki riwayat asam urat tinggi. Ini perlu dihindari.
2. Kandungan Kolesterol Tinggi
Jeroan mengandung kolesterol dan lemak jenuh tinggi. Konsumsi berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.
Zumpano menyarankan untuk memilih daging tanpa lemak bagi mereka yang berisiko penyakit jantung.
3. Kelebihan Vitamin A dan Zat Besi
Jeroan kaya vitamin A. Kelebihan vitamin A dapat berisiko cacat lahir pada ibu hamil. Oleh karena itu, ibu hamil sebaiknya membatasi konsumsi jeroan.
Jeroan juga kaya zat besi. Ini berisiko bagi individu dengan gangguan kelebihan zat besi. Anak-anak juga perlu membatasi konsumsinya karena kebutuhan zat besi dan vitamin A mereka lebih rendah.
4. Fatty Liver atau Penyakit Hati Berlemak
Penelitian menunjukkan hubungan antara konsumsi jeroan dan peningkatan risiko fatty liver. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut.
Individu dengan diabetes tipe 2 dan kolesterol tinggi, yang juga berisiko fatty liver, disarankan untuk membatasi konsumsi jeroan.
5. Kanker Kandung Kemih
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara konsumsi jeroan teratur dan peningkatan risiko kanker kandung kemih. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini.
Individu dengan riwayat infeksi kandung kemih atau faktor risiko lainnya sebaiknya membatasi konsumsi jeroan.
Kesimpulannya, jeroan menawarkan beragam manfaat nutrisi. Namun, konsumsi yang bijak dan seimbang sangat penting untuk mencegah berbagai risiko kesehatan. Konsultasikan dengan ahli gizi atau dokter untuk menentukan pola konsumsi yang tepat sesuai kondisi kesehatan masing-masing.