Di jantung kota Jeddah, Arab Saudi, sebuah kedai kopi sederhana namun bersejarah bernama “Maison du Cafe” atau “Baitul Gahwa” dalam bahasa Arab, menawarkan lebih dari sekadar secangkir kopi. Terletak di pusat perbelanjaan Corniche, Al Balad, kedai kopi mungil berukuran 4×6 meter persegi ini telah menjadi saksi bisu perjalanan kota Jeddah dari pelabuhan tradisional menuju kota modern. Kehadirannya yang konsisten selama 41 tahun telah mengukuhkan posisinya sebagai salah satu kedai kopi terbaik di Jeddah, menawarkan cita rasa yang khas dan disukai pelanggan setia.
Kedai kopi ini bukan sekadar tempat menikmati kopi, melainkan tempat bersejarah yang menyimpan kisah panjang dan menarik. Aroma kopi khasnya merupakan hasil sentuhan tangan dingin Masduki Abdurrahman, seorang barista asal Madura yang telah mengabdi selama tiga dekade.
Sejarah “Baitul Gahwa”: Lebih dari Sekadar Kedai Kopi
Berdiri sejak 41 tahun lalu, “Baitul Gahwa” telah menjadi bagian tak terpisahkan dari lanskap perkopian Jeddah. Meskipun sederhana, dengan beberapa barstool dan meja bar putih, kedai ini menawarkan pengalaman unik yang sulit ditemukan di tempat lain.
Keunikan “Baitul Gahwa” juga terletak pada konsistensi rasa kopinya. Hal ini berkat dedikasi Masduki Abdurrahman, sang barista andalan yang telah menjaga kualitas dan cita rasa kopi selama tiga puluh tahun.
Masduki Abdurrahman: Tiga Dekade Mengolah Kopi di Tanah Suci
Kisah Masduki di “Baitul Gahwa” dimulai pada tahun 1995. Ia datang ke Jeddah dengan harapan memperbaiki kehidupan, bukan dengan cita-cita menjadi barista terkenal.
Setahun kemudian, ia mendapatkan kesempatan bekerja di kedai kopi ini, dimulai dari posisi paling bawah. Kini, Masduki telah menjadi peracik kopi utama, menjaga warisan rasa kopi khas “Baitul Gahwa”.
Dedikasi dan keahlian Masduki lah yang menjadi kunci keberhasilan “Baitul Gahwa” mempertahankan pelanggan setianya selama bertahun-tahun. Tangan dinginnya mampu menghadirkan cita rasa kopi yang konsisten dan selalu dinantikan.
Dari Dua ke Ratusan: Perkembangan Budaya Ngopi di Jeddah
Pada awal karier Masduki, budaya ngopi di Jeddah masih belum sepopuler sekarang. Hanya ada dua kedai kopi yang terkenal, yaitu “Baitul Gahwa” dan “Darul Gahwa”.
Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah kedai kopi di Jeddah meningkat drastis. Kini, ratusan kedai kopi bertebaran di kota tersebut, menunjukkan betapa pesatnya perkembangan budaya ngopi di Jeddah.
Meskipun demikian, “Baitul Gahwa” tetap mempertahankan posisinya sebagai salah satu kedai kopi favorit. Hal ini menunjukkan keunikan dan kualitas yang tetap dicari oleh pelanggan setianya. Rasa dan suasana khas yang ditawarkan “Baitul Gahwa” menjadi daya tarik tersendiri.
Kisah “Baitul Gahwa” dan Masduki Abdurrahman merupakan bukti nyata bagaimana sebuah usaha kecil dapat bertahan dan berkembang, bahkan di tengah persaingan yang ketat. Dedikasi, konsistensi, dan kualitas menjadi kunci utama kesuksesan mereka. Lebih dari sekedar kedai kopi, “Baitul Gahwa” merupakan bagian penting dari sejarah perkopian Jeddah, menawarkan secangkir kopi yang sarat dengan cerita dan kenangan.