Harga minyak dunia mengalami lonjakan signifikan pada Kamis lalu, naik sekitar 3 persen. Kenaikan ini dipicu oleh eskalasi konflik antara Israel dan Iran. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah ini memicu kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan minyak global.
Peristiwa ini menyita perhatian investor dan pelaku pasar internasional. Mereka mencermati setiap perkembangan situasi, khususnya terkait kemungkinan keterlibatan lebih lanjut Amerika Serikat dalam konflik tersebut. Dampaknya terhadap harga minyak mentah dunia sangat signifikan, mengingat posisi Iran sebagai salah satu produsen minyak utama OPEC.
Eskalasi Serangan Israel dan Respons Iran
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memerintahkan militer untuk memperkuat serangan terhadap target strategis di Iran. Serangan ini bertujuan melemahkan rezim Ayatollah. Langkah ini diambil menyusul laporan serangan rudal Iran yang menghantam sebuah rumah sakit di Beersheba.
Menteri Energi Israel, Israel Katz, langsung mengeluarkan ancaman keras kepada Ayatollah Ali Khamenei sebagai reaksi atas serangan tersebut. Ketegangan semakin meningkat, menambah kekhawatiran akan meluasnya konflik dan dampaknya terhadap stabilitas kawasan.
Dampak terhadap Harga Minyak Mentah Global
Lonjakan harga minyak mentah global sangat terasa. Minyak Brent, patokan global, naik 2,15 dolar AS (2,8 persen) dan ditutup pada 78,85 dolar AS per barel. Ini merupakan penutupan tertinggi sejak 22 Januari 2025.
Minyak mentah AS juga mengalami kenaikan signifikan, mencapai 77,58 dolar AS per barel pada titik tertinggi sesi perdagangan. Kenaikan ini mencerminkan sentimen pasar yang pesimistis terhadap pasokan minyak di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.
Pertimbangan AS dan Analisis JPMorgan
Presiden AS Donald Trump menyatakan masih mempertimbangkan kemungkinan serangan terhadap program nuklir Iran. Pernyataan Trump yang ambigu, “Saya mungkin melakukannya, saya mungkin tidak melakukannya,” menambah ketidakpastian pasar.
Gedung Putih menyatakan keputusan Trump akan diumumkan dalam waktu dua minggu. JPMorgan Chase & Co. memperingatkan potensi dampak besar perubahan rezim di negara penghasil minyak utama seperti Iran terhadap harga minyak global.
Analisis JPMorgan terhadap Potensi Gangguan Pasokan
Natasha Kaneva, kepala penelitian komoditas global di JPMorgan, menekankan peran penting Iran sebagai salah satu produsen teratas di OPEC. Ia memprediksi ketidakstabilan di Iran dapat menyebabkan kenaikan harga minyak secara signifikan dalam jangka panjang.
Hilangnya pasokan akibat perubahan rezim akan sulit dipulihkan dengan cepat. Faktor ini menjadi katalis utama kenaikan harga minyak, selain faktor geopolitik yang sudah ada.
Kesimpulan dan Prospek Ke Depan
Kenaikan harga minyak dunia akibat eskalasi konflik Israel-Iran menunjukkan betapa rentannya pasar energi terhadap ketidakstabilan geopolitik. Perkembangan situasi di Timur Tengah akan terus menjadi faktor penentu harga minyak dalam beberapa bulan mendatang.
Pernyataan ambigu dari Presiden Trump dan potensi intervensi AS menambah kompleksitas situasi. Ketidakpastian ini berpotensi memperpanjang periode harga minyak tinggi, mengingat sulitnya memprediksi perkembangan konflik dan dampaknya terhadap pasokan minyak global. Peran Iran sebagai produsen utama di OPEC menjadi pusat perhatian, karena potensi gangguan pasokan akan berdampak besar pada harga minyak dunia.