Kemampuan kucing dalam membedakan manusia ternyata lebih tajam dari yang kita bayangkan. Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa kucing dapat mengenali pemiliknya dan membedakannya dari orang asing hanya dengan mengendus bau badan. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One ini memberikan wawasan baru tentang kemampuan indra penciuman kucing dan bagaimana mereka berinteraksi dengan manusia.
Bau memegang peranan penting dalam kehidupan kucing, baik untuk komunikasi antar kucing maupun untuk berburu. Studi ini, yang pertama kalinya menguji kemampuan kucing membedakan manusia melalui bau, menunjukkan betapa sensitifnya indera penciuman hewan peliharaan kita.
Orang Asing Diendus Lebih Lama: Sebuah Petunjuk Kemampuan Diskriminasi
Hasil penelitian menunjukkan kucing menghabiskan waktu lebih lama untuk mengendus bau orang asing dibandingkan bau pemiliknya. Hal ini mengindikasikan kucing mengenali aroma pemiliknya dan dengan cepat “melewatkan” bau yang familiar.
Sebaliknya, bau asing memicu penyelidikan lebih lanjut. Kucing menggunakan indra penciumannya yang tajam untuk mengumpulkan informasi lebih detail dari aroma yang tidak dikenal.
Julia Henning, kandidat doktor yang meneliti perilaku kucing di University of Adelaide, menjelaskan bahwa waktu mengendus yang lebih singkat menunjukkan pengenalan cepat terhadap bau pemilik. Sementara, mengendus lebih lama pada bau orang asing menunjukkan upaya pengumpulan informasi lebih lanjut.
Metode Penelitian: Mencium Aroma dari Ketiak hingga Jari Kaki
Para peneliti menggunakan tiga tabung plastik dalam eksperimen ini. Satu tabung berisi bau pemilik kucing, satu berisi bau orang asing, dan satu lagi sebagai kontrol (tanpa bau manusia).
Sampel bau diambil dari ketiak, belakang telinga, dan sela jari kaki. Metode ini memastikan sampel bau mewakili aroma tubuh manusia secara komprehensif.
Preferensi Lubang Hidung dan Implikasinya
Selain durasi mengendus, penelitian juga menemukan kecenderungan kucing untuk lebih dulu mengendus bau asing dengan lubang hidung kanan. Baru setelah itu mereka beralih ke lubang hidung kiri.
Preferensi ini menunjukkan penggunaan sisi otak yang berbeda untuk pemrosesan informasi sensorik. Fenomena serupa juga ditemukan pada hewan lain, seperti anjing dan ikan.
Meskipun penelitian ini menunjukkan kemampuan kucing membedakan orang dikenal dan tidak dikenal, masih diperlukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini belum bisa memastikan apakah kucing dapat membedakan individu spesifik dalam kelompok orang yang mereka kenal.
Hidehiko Uchiyama, profesor di Universitas Pertanian Tokyo dan rekan penulis penelitian, menekankan perlunya eksperimen lebih lanjut. Eksperimen tersebut akan melibatkan beberapa stimulus bau dari orang yang dikenal untuk mengidentifikasi pola perilaku spesifik yang hanya muncul sebagai respons terhadap bau pemilik.
Kesimpulannya, penelitian ini memberikan bukti kuat tentang kemampuan luar biasa kucing dalam membedakan manusia melalui bau. Kemampuan ini, yang didukung oleh indra penciuman yang sangat tajam dan strategi pemrosesan informasi yang kompleks, memperkaya pemahaman kita tentang interaksi kucing-manusia dan kecerdasan kucing secara umum. Penelitian selanjutnya akan memberikan gambaran yang lebih detail tentang kompleksitas kemampuan pengenalan aroma pada kucing.