Menentukan langkah setelah lulus SMA, antara bekerja atau kuliah, seringkali menjadi dilema bagi banyak siswa. Keputusan ini bergantung pada berbagai faktor, mulai dari kebutuhan ekonomi hingga aspirasi karier masa depan.
Secara tradisional, pilihan bekerja didorong oleh kebutuhan finansial segera. Sementara itu, kuliah dianggap sebagai investasi jangka panjang untuk pengembangan keterampilan dan peningkatan peluang karier. Namun, tren ini mulai berubah.
Kuliah Dulu atau Kerja Dulu?
Survei Deloitte Global 2025 Gen Z and Millennial menunjukkan bahwa Generasi Z di Amerika Serikat cenderung memilih bekerja daripada kuliah, karena tingginya biaya pendidikan tinggi. Mereka melihat pengalaman praktis dan keterampilan yang langsung bisa diterapkan di dunia kerja lebih penting.
Alternatif seperti pelatihan, magang, dan OJT dianggap lebih terjangkau dan efektif dalam membangun keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja. Hal ini menjadi pertimbangan penting bagi para lulusan SMA dalam memilih jalur karier mereka.
1. Pertimbangkan Alasan Pribadi
Memilih antara kuliah atau bekerja bukanlah soal benar atau salah. Keputusan yang tepat bergantung pada alasan individu. Memahami motivasi di balik pilihan tersebut sangat krusial.
Tanyakan pada diri sendiri: Mengapa kuliah? Mengapa bekerja? Jawaban atas pertanyaan ini akan membantu menentukan pilihan yang paling sesuai dengan kebutuhan, kondisi keuangan, dan tujuan karier jangka panjang.
Bekerja memberikan pengalaman langsung dan penghasilan segera. Kuliah menawarkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan, serta potensi pendapatan yang lebih tinggi di masa depan.
2. Perhatikan Aspek Keuangan
Biaya kuliah mencakup uang kuliah, biaya hidup, dan kebutuhan akademik lainnya. Biaya ini bervariasi antar jurusan dan universitas. Jurusan seperti kedokteran dan seni, misalnya, cenderung lebih mahal.
Jika biaya menjadi kendala, eksplorasi beasiswa dari berbagai lembaga pemerintah maupun perguruan tinggi sangat dianjurkan.
Bekerja memberikan penghasilan langsung, yang sangat membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Banyak pekerjaan yang tidak mensyaratkan gelar sarjana, seperti polisi, tentara, dan beberapa pekerjaan di sektor jasa.
3. Pertimbangkan Potensi Pendapatan
Data Badan Pusat Statistik (BPS) per 5 Mei 2025 menunjukkan perbedaan rata-rata gaji antara lulusan perguruan tinggi dan lulusan SMA/SMK. Lulusan perguruan tinggi memiliki rata-rata gaji sekitar Rp 4,35 juta per bulan, sementara lulusan SMA/SMK berkisar Rp 2,97-2,98 juta per bulan.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa pendapatan juga bergantung pada bidang pekerjaan, pengalaman, dan kemampuan individu. Gelar sarjana hanya salah satu faktor yang memengaruhi pendapatan.
Gelar sarjana memberikan akses ke peluang kerja yang lebih luas dan berpotensi untuk penghasilan yang lebih tinggi. Namun, pengalaman kerja juga penting.
4. Kuliah dan Kerja Secara Bersamaan
Banyak universitas menawarkan kelas khusus untuk karyawan, yang memungkinkan individu untuk kuliah sambil bekerja. Sebaliknya, beberapa perusahaan juga menawarkan kesempatan kerja paruh waktu bagi mahasiswa.
Mengimbangi kuliah dan bekerja memerlukan manajemen waktu yang efektif dan komitmen yang kuat. Jangan ragu untuk meminta bantuan atau bimbingan jika mengalami kesulitan.
Rasmussen University di AS menyoroti pentingnya kepercayaan diri dalam menjalani kuliah dan bekerja secara bersamaan. Terbuka terhadap pertanyaan dan dukungan dari lingkungan sekitar sangat penting.
Kesimpulannya, keputusan untuk bekerja atau kuliah terlebih dahulu sangat personal. Pertimbangkan kebutuhan, kondisi keuangan, dan tujuan karier masa depan. Manfaatkan sumber daya yang tersedia, seperti beasiswa dan program kelas karyawan, untuk memaksimalkan peluang.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi detikers dalam merencanakan langkah selanjutnya setelah lulus SMA!