Pernahkah Anda mengalami situasi di mana seseorang tiba-tiba menghilang tanpa kabar setelah menjalin komunikasi yang intens? Fenomena ini dikenal sebagai *ghosting*, dan seringkali meninggalkan rasa bingung dan frustasi. Keinginan untuk mendapat penjelasan dan kepastian seringkali mendorong kita untuk menghubungi kembali pihak yang melakukan *ghosting*. Namun, langkah ini justru bisa berdampak negatif secara emosional. Artikel ini akan menjelaskan mengapa sebaiknya Anda menghindari menghubungi kembali seseorang yang telah melakukan *ghosting* kepada Anda.
Banyak yang merasa terdorong untuk menghubungi kembali seseorang yang telah *ghosting* mereka. Rasa penasaran dan keinginan untuk memahami situasi sangatlah manusiawi. Namun, penting untuk memahami bahwa tindakan tersebut dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental Anda.
Diam Adalah Sebuah Jawaban
Ketidakhadiran seseorang yang melakukan *ghosting* merupakan bentuk komunikasi dalam dirinya sendiri. Menurut Patti Sabla, pekerja sosial klinis berlisensi, diam adalah jawaban.
Keheningan mereka menunjukkan kurangnya keseriusan atau minat. Menghubungi mereka kembali hanya akan memperkuat perilaku tersebut dan mengajarkan bahwa tindakan *ghosting* dapat diterima.
Sabla menekankan pentingnya mengajarkan orang lain bagaimana memperlakukan kita dengan baik. *Ghosting* itu sendiri sudah merupakan jawaban atas pertanyaan Anda.
Keinginan untuk Menghubungi Berasal dari Ilusi Kontrol
Rasa tidak nyaman akibat *ghosting* seringkali dipicu oleh kebutuhan otak untuk memulihkan rasa aman dan kontrol. Psikolog klinis Dr. Arianna Brandolini menjelaskan hal ini.
Dorongan untuk mengecek media sosial mereka atau mencari penjelasan sebenarnya bukan berasal dari perasaan cinta, tetapi dari mekanisme bertahan hidup otak yang berusaha memecahkan “misteri”.
Upaya pencarian penjelasan tersebut biasanya tidak memberikan jawaban memuaskan, malah menambah kecemasan. Lebih baik fokus pada pemulihan diri dan kesehatan mental.
Mencari Validasi dari Seseorang yang Tidak Menghargai
Seringkali, *ghosting* memicu rasa sakit pada harga diri. Ini menyebabkan beberapa orang berusaha “membuktikan” nilai diri mereka dengan mendapatkan kembali perhatian dari pelaku *ghosting*.
Namun, keinginan ini seringkali bukan karena benar-benar menginginkan orang tersebut, tetapi karena kebutuhan untuk meredakan perasaan ditolak dan mencari validasi.
Lebih baik fokus pada membangun rasa percaya diri dan harga diri daripada mencari validasi dari seseorang yang telah menunjukkan ketidakpeduliannya.
Mereka Tidak Mampu Menyelesaikan Hubungan Secara Sehat
Amy North, pelatih kencan daring, menjelaskan bahwa orang yang melakukan *ghosting* biasanya tidak mampu berkomunikasi secara dewasa. Mereka menghindari konfrontasi dan kejujuran.
Mereka takut mengungkapkan perasaan mereka secara langsung. Menghubungi kembali mereka hanya akan memperpanjang keterlibatan emosional dengan seseorang yang sejak awal tidak menunjukkan niat baik.
Lebih bijak untuk memfokuskan energi pada diri sendiri dan mencari hubungan yang lebih sehat dan saling menghormati.
Anda Layak Dihargai
Poin terpenting yang perlu diingat adalah Anda layak mendapatkan seseorang yang menghargai waktu, perasaan, dan keberadaan Anda. Jangan buang energi untuk seseorang yang memilih menghilang tanpa alasan.
Fokuslah pada membangun hubungan yang saling menghormati dan berkomunikasi secara terbuka dan jujur. Anda pantas mendapatkan yang terbaik.
Mengalami *ghosting* memang menyakitkan, tetapi penting untuk mengingat bahwa ini bukan cerminan dari nilai diri Anda. Dengan memahami alasan-alasan di atas, Anda dapat lebih mudah untuk melepaskan diri dari situasi ini dan fokus pada membangun hubungan yang sehat di masa depan. Prioritaskan kesejahteraan mental Anda dan carilah dukungan dari orang-orang terdekat jika dibutuhkan.