Pemain Ligue 1 kembali menunjukkan penolakan terhadap logo LGBTQ+ yang tertera di jersey mereka. Dua pemain Ligue 1, Nemanja Matic dari Lyon dan Ahmed Hassan dari Le Havre, terbaru mendapat sanksi karena menambal logo tersebut dengan selotip putih selama pertandingan.
Tindakan mereka memicu kontroversi dan sanksi dari pihak liga. Hukuman yang diberikan pun menuai kecaman dari sejumlah penggemar sepak bola.
Sanksi Bagi Matic dan Hassan
Ligue 1 menjatuhkan hukuman larangan bertanding kepada Matic dan Hassan di awal musim 2025/2026.
Selain itu, kedua pemain diwajibkan mengikuti kampanye selama enam bulan untuk meningkatkan kesadaran akan perjuangan melawan homofobia dalam sepak bola.
Keputusan ini menimbulkan perdebatan sengit di kalangan penggemar dan pengamat sepak bola.
Penolakan Terhadap Logo LGBTQ+ di Ligue 1
Bukan kali pertama pemain Ligue 1 menolak logo LGBTQ+. Kasus serupa telah terjadi sejak tahun 2018.
Penyerang Nantes, Mostafa Mohamed, pernah mengundurkan diri dari pertandingan karena menolak mengenakan jersey dengan logo tersebut.
Mohamed menjelaskan bahwa penolakannya dilandasi oleh keyakinan dan latar belakang budayanya.
Reaksi Berbagai Pihak
Penolakan Mostafa Mohamed kala itu juga berujung pada sanksi dari klubnya.
Di sisi lain, Menteri Olahraga Prancis, Amelie Oudea-Castera, mendukung kampanye LGBTQ+ Ligue 1, menjadikan posisi pemain yang menolak semakin sulit.
Dukungan dari pemerintah Prancis memperkuat posisi Ligue 1 dalam mendorong penerimaan kampanye LGBTQ+.
Kontroversi dan Perdebatan
Banyak penggemar sepak bola mengecam sanksi yang dijatuhkan Ligue 1 kepada Matic dan Hassan.
Mereka berpendapat bahwa para pemain berhak atas prinsip dan keyakinan mereka sendiri.
Perdebatan ini menyoroti konflik antara prinsip kebebasan berekspresi individu dan kampanye sosial yang dipromosikan oleh liga.
Kasus ini juga menunjukkan kompleksitas isu-isu sosial dan budaya dalam dunia sepak bola profesional.
Perdebatan ini diharapkan dapat mendorong dialog yang lebih luas mengenai toleransi dan kebebasan berekspresi dalam konteks olahraga profesional.
Bagaimana Ligue 1 akan menangani permasalahan ini di masa mendatang akan menjadi hal yang menarik untuk dipantau.
Ke depan, diharapkan akan terdapat pendekatan yang lebih seimbang antara kampanye sosial dan hak para atlet untuk mengekspresikan keyakinan mereka.