Gedung Putih secara tegas membantah laporan intelijen Amerika Serikat yang menyatakan serangan udara akhir pekan lalu ke fasilitas nuklir Iran tidak berhasil menghancurkan situs-situs tersebut. Laporan tersebut, awalnya diungkap oleh CNN dan kemudian diikuti oleh New York Times, dianggap sebagai hoaks oleh Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt.
Leavitt, melalui akun X (sebelumnya Twitter), menyatakan bahwa penilaian intelijen yang bocor itu salah dan diklasifikasikan sebagai sangat rahasia. Ia menuduh kebocoran tersebut sebagai ulah “seorang pecundang anonim dan rendahan di komunitas intelijen,” yang bertujuan untuk merendahkan Presiden AS Donald Trump dan mendiskreditkan pilot pesawat pembom B-2.
Ia melanjutkan dengan pernyataan yang cukup tegas, “Semua orang tahu apa yang terjadi ketika Anda menjatuhkan empat belas bom seberat 30.000 pon dengan sempurna pada targetnya: kehancuran total.” Pernyataan ini menekankan keyakinan Gedung Putih akan efektivitas serangan tersebut, bertentangan dengan laporan intelijen yang beredar.
Laporan intelijen AS, yang berasal dari Badan Intelijen Pertahanan (DIA), menunjukkan hasil yang berbeda. Laporan tersebut, berdasarkan penilaian kerusakan pertempuran dari Komando Pusat AS, menyimpulkan bahwa serangan tersebut tidak menghancurkan komponen inti program nuklir Iran.
Sumber-sumber yang mengetahui masalah ini menyatakan bahwa persediaan uranium yang diperkaya tidak hancur dan sebagian besar sentrifus di fasilitas nuklir Iran tetap utuh. Ini menunjukkan bahwa serangan tersebut, meskipun menimbulkan kerusakan, tidak melumpuhkan program nuklir Iran secara signifikan.
New York Times bahkan melaporkan bahwa serangan tersebut hanya akan menghambat pengembangan nuklir Iran selama beberapa bulan, bukan menghentikannya sepenuhnya. Sejumlah media AS lainnya, termasuk Washington Post, juga memberitakan laporan intelijen yang serupa.
Kontroversi ini menimbulkan pertanyaan tentang transparansi dan akurasi informasi intelijen. Perbedaan yang signifikan antara klaim Gedung Putih dan temuan intelijen menimbulkan keraguan tentang sejauh mana efektivitas serangan tersebut dalam mencapai tujuan strategisnya.
Perbedaan narasi ini juga menyoroti perdebatan yang lebih luas tentang kebijakan luar negeri AS terhadap Iran dan kompleksitas program nuklir Iran. Laporan intelijen yang meragukan klaim Gedung Putih mengindikasikan bahwa penilaian dampak serangan tersebut masih perlu diteliti lebih lanjut. Perlu investigasi lebih lanjut untuk mengungkap kebenaran di balik perbedaan klaim ini.
Kejadian ini juga menimbulkan pertanyaan tentang potensi kebocoran informasi rahasia lainnya dari kalangan intelijen dan pentingnya menjaga kerahasiaan informasi sensitif demi keamanan nasional.
Meskipun Gedung Putih membantah laporan tersebut dengan keras, laporan dari beberapa media terkemuka AS menunjukkan perlunya analisis yang lebih mendalam dan obyektif tentang keberhasilan operasi militer tersebut.
Kesimpulannya, perbedaan pendapat antara Gedung Putih dan laporan intelijen tentang efektivitas serangan udara ke fasilitas nuklir Iran menunjukan adanya disparitas informasi yang perlu diselidiki lebih lanjut. Kepercayaan publik terhadap transparansi pemerintah menjadi taruhan dalam kontroversi ini.