Ramalan gempa bumi besar yang akan mengguncang Jepang pada 5 Juli 2025 tengah menjadi perbincangan hangat. Sumber ramalan ini bukan berasal dari lembaga seismologi terkemuka, melainkan dari sebuah manga berjudul *The Future I Saw* karya Ryo Tatsuki yang dirilis tahun 1999.
Manga ini sebelumnya telah menarik perhatian karena secara akurat memprediksi tanggal terjadinya bencana tsunami dahsyat di Jepang pada 11 Maret 2011. Ketepatan ramalan tersebut meningkatkan kepercayaan publik terhadap manga ini, sehingga ramalan gempa terbaru pun turut menjadi viral dan menimbulkan kekhawatiran.
Dampak Ramalan Gempa terhadap Pariwisata Jepang
Ramalan gempa Juli 2025, yang diperkuat oleh beberapa paranormal di Jepang dan Hong Kong, telah menimbulkan kekhawatiran luas. Banyak wisatawan membatalkan rencana perjalanan mereka ke Jepang.
Dampaknya sudah mulai terasa di sektor pariwisata. Eri Zhu, analis dari Bloomberg Intelligence, menyatakan bahwa spekulasi ini secara negatif mempengaruhi industri pariwisata Jepang dan berpotensi memperlambat pertumbuhannya.
Beberapa maskapai penerbangan, terutama yang memiliki rute penerbangan signifikan ke Jepang, juga merasakan dampaknya. Cathay Pacific Airways dinilai berisiko tinggi, sementara Hong Kong Airlines dan Greater Bay Airlines bahkan mengurangi sejumlah penerbangan sejak Mei 2025.
Tanggapan Pencipta Manga dan Klarifikasinya
Ryo Tatsuki, sang kreator manga *The Future I Saw*, kini telah pensiun dan menjalani hidup sederhana. Ia menegaskan tidak pernah bermaksud menimbulkan kepanikan.
Meskipun demikian, Tatsuki mengakui bahwa meningkatnya kesadaran publik tentang kesiapsiagaan bencana merupakan hal yang positif. Ia sendiri mengambil tindakan pencegahan, seperti mempersiapkan persediaan dan merencanakan rute evakuasi.
Dalam edisi lengkap manganya, Tatsuki menjelaskan bahwa tanggal-tanggal penting yang ia cantumkan berasal dari mimpinya dan bukan analisis ilmiah. Ia tetap waspada mendekati Juli 2025, namun tidak dapat memastikan kebenaran prediksinya.
Pandangan Para Ahli Seismologi
Terlepas dari viralnya ramalan tersebut, para ahli seismologi menekankan bahwa hingga saat ini tidak ada teknologi yang mampu memprediksi waktu pasti terjadinya gempa bumi.
Mereka menegaskan bahwa tidak ada metode ilmiah yang dapat memastikan kapan gempa besar akan terjadi. Walaupun Jepang merupakan negara rawan gempa, negara tersebut memiliki sistem mitigasi dan konstruksi bangunan yang sangat baik.
Oleh karena itu, masyarakat dan wisatawan diimbau untuk tetap tenang, waspada, dan selalu mengikuti arahan dari otoritas setempat. Jangan sampai kepanikan justru menimbulkan masalah baru.
Kejadian ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh budaya populer terhadap persepsi publik. Meskipun ada kebetulan antara ramalan Tatsuki dan peristiwa tsunami 2011, hal tersebut tidak cukup menjadi dasar ilmiah untuk memprediksi bencana alam.
Ramalan tanggal 5 Juli 2025 semata-mata bagian dari narasi fiksi yang kemudian berkembang menjadi legenda urban. Penting bagi kita untuk selalu mengacu pada informasi ilmiah terpercaya dan tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Kesimpulannya, penting untuk tetap tenang dan berpegang pada informasi ilmiah dari para ahli seismologi. Meskipun Jepang rawan gempa, sistem mitigasi bencana yang canggih dapat meminimalkan dampaknya. Kesadaran dan kesiapsiagaan individu juga sangat penting, tetapi tidak perlu sampai menimbulkan kepanikan yang tidak berdasar.