Perselisihan antara Elon Musk dan Presiden Donald Trump yang sempat memanas beberapa waktu lalu kini mereda. Miliarder teknologi itu menyampaikan penyesalan atas kritiknya terhadap Trump, menandai berakhirnya perseteruan singkat namun intens di antara keduanya.
Pernyataan permohonan maaf Musk disampaikan melalui platform media sosial X pada Rabu (11/6/2025), beberapa hari setelah Trump melayangkan ancaman “konsekuensi serius” kepada Musk.
Permintaan Maaf Elon Musk
Dalam unggahannya di X, Musk menyatakan penyesalan atas beberapa postingan yang ia buat minggu sebelumnya terkait Presiden Trump. Ia mengakui postingan tersebut “keterlaluan”. Pernyataan ini muncul sebagai respons atas meningkatnya ketegangan antara keduanya.
Ketegangan antara Musk dan Trump meningkat setelah Musk melontarkan kritik pedas terhadap “One Big Beautiful Bill Act”, RUU anggaran federal yang kontroversial. Musk menyebut RUU tersebut sebagai “kekejian” karena diprediksi akan menambah defisit anggaran AS hingga US$3 triliun dalam satu dekade.
Puncak Ketegangan dan Perubahan Sikap
Puncak ketegangan terjadi ketika Musk menanggapi unggahan komentator konservatif Ian Miles Cheong yang menyarankan pemakzulan Trump dan penggantiannya oleh JD Vance. Musk membalas dengan singkat, “Ya,” yang diinterpretasikan sebagai dukungan terhadap pemakzulan Trump.
Pernyataan Musk ini berbanding terbalik dengan sikapnya beberapa bulan sebelumnya. Pada Februari 2025, Musk menyatakan kekagumannya terhadap Trump, bahkan menyebut dirinya “sangat menyukai” presiden tersebut. Perubahan sikap ini mengejutkan banyak pihak, mengingat hubungan dekat keduanya di masa lalu.
Hubungan yang Memburuk
Sebelumnya, Musk dikenal sebagai salah satu pendukung dan donatur besar Trump. Ia bahkan memberikan dana hampir US$300 juta untuk kampanye Trump pada pemilihan presiden 2024. Musk juga mengklaim berperan penting dalam kemenangan Partai Republik di DPR dan Senat.
Trump pernah menunjuk Musk untuk memimpin tim efisiensi pemerintahan dengan tujuan memangkas anggaran. Namun, perbedaan pandangan mengenai RUU anggaran tersebut mengakibatkan retakan dalam hubungan mereka yang sebelumnya tampak erat.
Perselisihan ini menunjukkan betapa dinamisnya hubungan politik dan bisnis di Amerika Serikat. Dukungan dan persahabatan yang awalnya kuat dapat berubah dengan cepat, terutama dalam konteks perdebatan kebijakan publik yang krusial.
Permintaan maaf Musk menandai babak baru dalam hubungannya dengan Trump. Namun, dampak jangka panjang dari perselisihan ini terhadap lanskap politik dan bisnis di Amerika Serikat masih perlu dilihat perkembangannya.
Ke depan, akan menarik untuk melihat apakah permohonan maaf ini akan cukup untuk memperbaiki hubungan yang retak tersebut, atau apakah akan tetap ada ketegangan di antara keduanya.