Ketegangan antara Iran dan Israel meningkat drastis setelah serangan udara Israel ke sejumlah lokasi di Iran. Parlemen Iran pun merespon dengan menyetujui usulan penutupan Selat Hormuz, jalur laut vital bagi sekitar 20 persen pelayaran minyak mentah dunia. Situasi ini tentu menimbulkan kekhawatiran global, termasuk bagi Indonesia yang bergantung pada impor minyak.
PT Pertamina, sebagai perusahaan energi nasional, telah mengambil langkah antisipatif untuk menghadapi potensi gangguan distribusi minyak mentah. Langkah-langkah ini difokuskan pada keamanan distribusi dan keselamatan awak kapal.
Strategi Pertamina Mengamankan Pasokan Minyak di Tengah Ketegangan Iran-Israel
Pertamina telah mengamankan kapal-kapalnya dan mengalihkan rute pelayaran ke jalur yang lebih aman melalui Oman dan India. Hal ini dilakukan untuk memastikan pasokan minyak mentah ke Indonesia tetap terjaga.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menyatakan stok minyak dalam negeri masih aman. Namun, perusahaan masih memeriksa dampak potensial terhadap biaya operasional akibat perubahan rute.
PT Pertamina International Shipping (PIS) memprioritaskan keselamatan awak dan armada kapal dalam menentukan rute distribusi. Perusahaan akan menerapkan rute alternatif sesuai kebutuhan untuk menjamin rantai pasokan tetap berjalan lancar.
Pengalihan rute ini menjadi strategi kunci bagi Pertamina dalam menghadapi ancaman penutupan Selat Hormuz. Perusahaan akan terus memantau situasi dan menyesuaikan strategi sesuai perkembangan terkini.
Eskalasi Konflik Iran-Israel dan Dampaknya terhadap Distribusi Minyak Global
Ketegangan Iran-Israel meningkat tajam sejak serangan udara Israel pada Jumat, 13 Juni 2025. Serangan ini disusul serangan balasan dari Iran, mengakibatkan korban jiwa di kedua belah pihak.
Israel melaporkan sedikitnya 25 orang tewas dan ratusan luka-luka akibat serangan rudal Iran. Sementara itu, Iran melaporkan angka korban jiwa yang jauh lebih besar, yakni 430 warga tewas dan lebih dari 3.500 terluka akibat serangan Israel.
Konflik ini berpotensi mengganggu stabilitas pasar minyak global. Penutupan Selat Hormuz akan berdampak signifikan pada distribusi minyak mentah, sehingga memicu potensi kenaikan harga minyak dunia.
Pertamina dan perusahaan minyak lainnya perlu mempertimbangkan skenario terburuk dan mempersiapkan langkah-langkah mitigasi untuk meminimalisir dampak negatif terhadap pasokan energi.
Sikap Iran dan Dampak Penutupan Selat Hormuz terhadap Ekonomi Global
Menyusul serangan Amerika Serikat ke fasilitas nuklir Iran, parlemen Iran menyetujui usulan penutupan Selat Hormuz. Hal ini disampaikan langsung oleh Mayor Jenderal Esmaeli Kowsari, anggota Komisi Keamanan Nasional Parlemen Iran.
Namun, keputusan final mengenai penutupan Selat Hormuz masih berada di tangan Dewan Keamanan Tertinggi Nasional Iran. Keputusan ini akan berdampak besar pada perekonomian global, terutama sektor energi.
Penutupan Selat Hormuz akan berdampak signifikan terhadap negara-negara pengimpor minyak, termasuk Indonesia. Mereka harus mempersiapkan diri terhadap potensi lonjakan biaya operasional dan menyesuaikan jalur distribusi minyak.
Situasi ini menekankan pentingnya diversifikasi sumber energi dan jalur distribusi untuk mengurangi ketergantungan pada satu jalur transportasi utama seperti Selat Hormuz.
Ke depan, pemantauan ketat terhadap perkembangan situasi geopolitik di Timur Tengah sangat krusial. Langkah antisipatif dan strategi diversifikasi menjadi kunci bagi Indonesia untuk menghadapi potensi gangguan pasokan energi global.