Tadej Pogacar telah mengukuhkan dirinya sebagai kandidat terkuat untuk Tour de France setelah meraih kemenangan gemilang di Criterium du Dauphine. Kemenangan ini diraih dengan keunggulan waktu yang signifikan, 59 detik, atas rival utamanya, Jonas Vingegaard. Dauphine, balapan selama delapan hari yang secara tradisional dianggap sebagai pemanasan menuju Tour de France, tahun ini menampilkan persaingan sengit antar tiga pembalap top dunia.
Keberhasilan Pogacar di Dauphine semakin memperkuat posisinya sebagai favorit utama. Ia menunjukkan performa yang konsisten dan impresif sepanjang perhelatan, sekaligus menjawab keraguan setelah penampilannya yang kurang optimal di sesi individual time-trial.
Pogacar Dominasi Dauphine, Raih Tiga Kemenangan Tahap
Pembalap asal Slovenia ini berhasil memenangkan tiga tahap di Criterium du Dauphine. Kemenangan pertamanya diraih di tahap pembuka yang menantang.
Dua kemenangan lainnya diraih di tahap keenam dan ketujuh di wilayah pegunungan Alpen. Di sinilah Pogacar menunjukkan kekuatan dan strategi balapnya yang luar biasa.
Kemenangan di tahap keenam diraih setelah serangannya yang berani di tanjakan menuju Combloux. Ia merebut jersey kuning, simbol pemimpin klasemen umum, dengan selisih waktu lebih dari satu menit dari Vingegaard.
Di tahap ketujuh, Pogacar kembali menunjukkan kehebatannya dengan aksi solo sejauh 12 kilometer menjelang garis finis. Kemenangan ini menjadi yang ke-98 dalam karier profesionalnya, mengukuhkannya sebagai pembalap aktif tersukses saat ini.
Analisis Performa dan Tantangan yang Dihadapi
Meskipun sempat menuai spekulasi setelah penampilannya di sesi individual time-trial, Pogacar mampu membungkam keraguan tersebut. Ia kalah dari Remco Evenepoel di tahap tersebut, tertinggal 49 detik.
Namun, penampilannya yang luar biasa di tahap-tahap berikutnya membuktikan bahwa ia masih berada dalam performa puncak. Bahkan, Pogacar telah menjuarai beberapa balapan bergengsi lainnya musim ini, termasuk Tour of Flanders dan Liege-Bastogne-Liege.
Keberhasilannya di Dauphine menjadi bukti kesiapannya menghadapi tantangan besar di Tour de France mendatang. Meskipun begitu, persaingan dengan Vingegaard dan Evenepoel diprediksi akan tetap ketat.
Penampilan Para Pebalap Lain dan Pensiunnya Romain Bardet
Di luar dominasi Pogacar, beberapa pembalap lain juga menunjukkan performa yang menonjol. Florian Lipowitz, misalnya, meraih posisi ketiga klasemen umum dan penghargaan pembalap muda terbaik.
Sementara itu, Lenny Martinez, pembalap Prancis, berhasil memenangkan tahap kedelapan, mengalahkan Pogacar dan Vingegaard di garis finis.
Criterium du Dauphine juga menandai berakhirnya karier profesional Romain Bardet. Pembalap Prancis ini telah berkiprah selama 13 tahun, dengan prestasi gemilang termasuk dua kali naik podium di Tour de France.
Penampilan Bardet di Giro d’Italia bulan lalu, di mana ia hampir menang di tahap ke-17, menunjukkan kelasnya yang masih tinggi sebelum memutuskan untuk pensiun. Keputusan tersebut menjadi sorotan dan menyisakan kesan mendalam bagi para penggemar balap sepeda.
Klasemen akhir Criterium du Dauphine memberikan gambaran yang jelas tentang kekuatan para pembalap teratas menjelang Tour de France. Pogacar unggul signifikan, diikuti oleh Vingegaard dan Evenepoel. Persaingan di Tour de France diprediksi akan sangat menarik dan menegangkan, dengan Pogacar sebagai favorit utama berdasarkan penampilannya yang luar biasa di Dauphine.
Kemenangan Pogacar di Dauphine bukan hanya sekadar kemenangan balapan, tetapi juga sebuah pernyataan tegas tentang ambisinya untuk meraih gelar juara Tour de France. Ia datang ke Tour de France dengan kepercayaan diri yang tinggi, didukung oleh performa konsisten dan strategi balapnya yang cerdas. Namun, jalan menuju kemenangan masih panjang dan penuh tantangan.