Pulau Enggano, sebuah pulau kecil di lepas pantai Bengkulu, telah mengalami isolasi selama berbulan-bulan akibat pendangkalan di Alur Pelabuhan Pulau Baai. Hal ini menyebabkan terhambatnya akses transportasi laut, berdampak signifikan pada perekonomian dan kesejahteraan masyarakat pulau tersebut.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan PT Pelindo Regional 2 Bengkulu tengah berjibaku mengatasi masalah ini. Upaya pengerukan besar-besaran tengah dilakukan untuk mengembalikan aktivitas pelayaran di pelabuhan tersebut.
Normalisasi Alur Pelabuhan Pulau Baai: Upaya Penyelamatan Ekonomi Pulau Enggano
Proses normalisasi Alur Pelabuhan Pulau Baai dimulai sejak awal April 2025. PT Pelindo Regional 2 Bengkulu menggunakan peralatan yang tersedia di Bengkulu dan kemudian mendatangkan kapal keruk berkapasitas besar, CSD Costa Fortuna 3 dan AHT Costa Fortuna 5 pada 22 Mei 2025.
Pengerukan dilakukan secara intensif. Targetnya, pada akhir Juni 2025, kedalaman alur sudah cukup untuk dilewati kapal, terutama kapal pengangkut BBM Pertamina.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub, Muhammad Masyhud, optimistis target tersebut tercapai. Ia menekankan bahwa pekerjaan pengerukan terus dipantau oleh Sekretariat Wapres.
General Manager Pelindo Regional 2 Bengkulu, S. Joko, menambahkan bahwa pengerukan terus berlangsung, meski cuaca dan gelombang laut besar berpotensi menjadi kendala. Kapal dengan draft kecil diperkirakan dapat melewati alur pada akhir Juni.
Dampak Pendangkalan terhadap Perekonomian Pulau Enggano
Pendangkalan di Pelabuhan Pulau Baai telah mengakibatkan terhentinya layanan kapal laut ke Pulau Enggano sejak Maret 2025. Hal ini berdampak serius bagi perekonomian masyarakat pulau.
Ratusan petani di Pulau Enggano terpaksa tidak memanen hasil kebun mereka karena terputusnya akses distribusi. Harga jual komoditas pertanian pun anjlok.
Selama masa isolasi, masyarakat Pulau Enggano hanya mengandalkan kapal kecil milik Pelindo, KSOP, Basarnas, TNI AL, dan Polairud untuk transportasi terbatas dari dan menuju dermaga pelabuhan. Keterbatasan akses ini menyebabkan kesulitan ekonomi yang semakin menekan.
Pulau Enggano hanya memiliki satu akses utama, yaitu Kapal Pulo Tello. Namun, kapal tersebut tidak beroperasi secara reguler karena pendangkalan alur pelabuhan utama.
Solusi Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Sebagai solusi jangka pendek, jalur logistik ke Pulau Enggano dialihkan sementara melalui jalur darat dari provinsi sekitar, seperti Lubuk Linggau, Sumatera Selatan. Upaya ini membantu mengurangi ketergantungan pada jalur laut.
Namun, solusi jangka panjang tetap diperlukan untuk mengatasi permasalahan pendangkalan secara permanen dan memastikan kelancaran akses transportasi laut ke Pulau Enggano. Pengembangan infrastruktur pelabuhan dan pengelolaan alur pelayaran yang lebih baik menjadi kunci penting.
Pemerintah perlu meninjau kembali sistem manajemen pelabuhan, termasuk pemeliharaan rutin dan antisipasi terhadap faktor alam yang dapat menyebabkan pendangkalan. Investasi berkelanjutan pada infrastruktur pelabuhan juga penting untuk menjamin aksesibilitas dan konektivitas Pulau Enggano.
Perbaikan infrastruktur dan pengelolaan pelabuhan yang efektif akan menjamin aksesibilitas masyarakat Pulau Enggano ke pasar dan layanan publik, sehingga memperbaiki kondisi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan terselesaikannya pengerukan dan normalisasi alur pelabuhan, diharapkan Pulau Enggano dapat kembali terhubung dengan lancar ke daratan utama dan masyarakatnya dapat kembali menjalankan aktivitas ekonomi dengan normal. Keberhasilan proyek ini akan menjadi contoh bagi pengelolaan pelabuhan di daerah kepulauan lainnya di Indonesia.