Pulau Enggano, Bengkulu, tengah menghadapi krisis ekonomi dan isolasi yang serius. Sejak Maret 2025, akses transportasi laut ke pulau ini terputus akibat pendangkalan di Pelabuhan Pulau Baai, Kota Bengkulu.
Ketiadaan akses transportasi laut ini telah berdampak besar pada kehidupan warga Pulau Enggano. Mereka kehilangan akses ke pasar dan mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pokok.
Krisis Transportasi Laut Mengancam Pulau Enggano
Pendangkalan di Pelabuhan Pulau Baai telah menghentikan layanan kapal laut ke Pulau Enggano selama delapan bulan. Kondisi ini membuat pulau tersebut terisolasi dan perekonomiannya lumpuh.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Muhammad Masyhud, menyatakan belum ada jalur alternatif yang tersedia. Pemerintah masih mempertimbangkan aspek teknis dan ekonomi untuk membangun solusi jangka panjang.
Aspek ekonomi yang dipertimbangkan meliputi potensi keuntungan, biaya pembangunan, dan dampak terhadap perekonomian daerah. Sementara aspek teknis mencakup kondisi lingkungan, infrastruktur, dan kesesuaian lokasi.
Dampak Ekonomi yang Mengerikan
Satu-satunya akses transportasi laut sebelumnya adalah Kapal Pulo Tello. Namun, kapal ini juga tak beroperasi karena pendangkalan pelabuhan.
Petani di Enggano terpaksa membiarkan hasil panen mereka membusuk karena tidak ada jalur distribusi. Harga jual yang anjlok semakin memperparah keadaan.
Milson Kaitora, pimpinan kepala suku di Enggano, mencontohkan harga pisang yang hanya Rp 20.000 per tandan, sementara biaya tebang dan angkut saja sudah Rp 15.000. Hal ini membuat banyak petani mengalami kerugian besar.
Hanya sedikit petani yang memiliki relasi dengan pembeli di Bengkulu yang bisa mengirimkan hasil panennya dengan menyewa kapal nelayan. Kapal-kapal nelayan ini memiliki kapasitas terbatas, sehingga tidak semua petani bisa memanfaatkannya.
Akibatnya, krisis ekonomi melanda Pulau Enggano. Omzet warung-warung menurun drastis karena warga tak punya uang untuk berbelanja. Utang pun menumpuk di warung-warung tersebut.
Hasil pertanian seperti pisang, kakao, pinang, dan hasil laut merupakan sumber pendapatan utama warga Enggano. Dengan terhentinya akses transportasi, mata pencaharian mereka terancam.
Upaya Pemerintah dan Harapan Masa Depan
Pengerukan pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai dilakukan oleh PT Pelindo Regional 2. Proses pengerukan ini dipantau oleh Sekretariat Wapres.
Masyhud optimis pengerukan akan selesai akhir bulan dan mencapai kedalaman yang cukup untuk kapal masuk, terutama kapal pengangkut BBM Pertamina.
Meskipun pengerukan pelabuhan memberikan secercah harapan, solusi jangka panjang tetap dibutuhkan untuk mencegah terulangnya krisis serupa. Pemerintah perlu segera mencari solusi alternatif transportasi yang efektif dan berkelanjutan.
Warga Pulau Enggano berharap pemerintah segera menyelesaikan masalah ini dan memberikan solusi yang tepat. Mereka membutuhkan akses transportasi laut yang stabil dan handal untuk menghidupkan kembali perekonomian pulau tersebut.
Keberhasilan pengerukan Pelabuhan Pulau Baai dan solusi transportasi jangka panjang akan sangat menentukan masa depan Pulau Enggano dan kesejahteraan warganya.
Kejadian ini menyoroti pentingnya infrastruktur dan konektivitas dalam menunjang perekonomian daerah terpencil. Solusi yang terintegrasi dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk memastikan masyarakat Pulau Enggano dapat keluar dari krisis ini dan membangun perekonomian yang lebih baik di masa mendatang.