PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HM Sampoerna) merupakan salah satu raksasa industri rokok Indonesia. Perusahaan ini telah malang melintang selama lebih dari seabad, mengembangkan merek-merek ikonik yang dikenal luas baik di dalam maupun luar negeri.
Sejarah panjang Sampoerna bermula dari usaha rumahan yang dirintis oleh Liem Seeng Tee di Surabaya pada tahun 1913. Kualitas produk dan strategi pemasaran yang tepat mendorong pertumbuhan bisnis ini secara signifikan.
Dari Kretek Tradisional hingga Raksasa Rokok
Perjalanan Sampoerna ditandai dengan inovasi dan adaptasi terhadap pasar. Mulai dari produksi kretek tradisional di rumah, perusahaan ini terus berkembang dan memperluas jangkauannya.
Produk andalannya, Dji Sam Soe, yang diluncurkan sejak tahun 1913, hingga kini masih menjadi salah satu merek kretek paling populer. Inovasi berlanjut dengan peluncuran Sampoerna A Mild pada tahun 1989, yang menyasar segmen anak muda dengan varian rokok kretek rendah tar.
Pergantian Generasi dan Akuisisi oleh Philip Morris
Bisnis Sampoerna awalnya dikelola secara turun-temurun dalam keluarga Liem. Dari Liem Seeng Tee, kepemimpinan beralih ke putranya, Liem Swie Ling (Aga Sampoerna), lalu kepada cucunya, Putera Sampoerna.
Pada tahun 2005, terjadi perubahan signifikan dalam kepemilikan saham Sampoerna. Mayoritas saham perusahaan diakuisisi oleh PT Philip Morris Indonesia (PMID), afiliasi dari Philip Morris International Inc (PMI).
Dampak Akuisisi terhadap Struktur Kepemilikan
Setelah akuisisi, PT Philip Morris Indonesia menjadi pemegang saham pengendali HM Sampoerna dengan kepemilikan sebesar 92,44 persen (data tahun 2024). Sisanya, 7,56 persen, dimiliki oleh publik.
Perubahan kepemilikan ini mengubah status Sampoerna menjadi perusahaan dengan Penanaman Modal Asing (PMA). Meskipun demikian, Sampoerna tetap menjadi salah satu perusahaan manufaktur terbesar di Indonesia yang menyerap banyak tenaga kerja.
Sampoerna Kini: Kontribusi dan Tantangan
HM Sampoerna memiliki pangsa pasar yang signifikan di Indonesia, mencapai 27,4 persen pada tahun 2024. Perusahaan ini juga berperan penting sebagai penyedia lapangan kerja, baik bagi karyawan tetap maupun melalui kerja sama dengan lebih dari 30 Mitra Produksi Sigaret (MPS).
Lebih dari 24.000 orang bekerja di Sampoerna, baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun, industri rokok juga menghadapi berbagai tantangan, termasuk regulasi yang semakin ketat dan perubahan tren gaya hidup masyarakat.
Sebagai penutup, perjalanan panjang Sampoerna dari usaha rumahan hingga menjadi perusahaan rokok multinasional yang besar merupakan bukti keuletan dan kemampuan adaptasi. Namun, masa depan Sampoerna akan bergantung pada kemampuannya untuk terus berinovasi dan menghadapi tantangan di tengah perubahan lanskap industri rokok global. Perusahaan ini harus terus mencari strategi bisnis yang berkelanjutan untuk mempertahankan posisi dan kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia.