Swasembada pangan menjadi target utama Indonesia. Namun, pencapaiannya tak lepas dari ketersediaan dan manajemen sumber daya air yang efektif dan berkelanjutan.
Retno Marsudi, Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Isu Air Dunia, menekankan pentingnya hal ini dalam webinar di Jakarta baru-baru ini. Ia menghubungkan manajemen air yang baik dengan dampak positif yang luas bagi ketahanan pangan nasional.
Manajemen Air Berkelanjutan: Kunci Swasembada Pangan Indonesia
Menurut Retno, manajemen air yang berkelanjutan akan memberikan efek berganda (multiplier effect) bagi seluruh rakyat Indonesia.
Manfaatnya mulai dari penurunan angka stunting dan malnutrisi hingga pencegahan ancaman kelaparan.
Ia menjelaskan bahwa pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan membutuhkan kolaborasi multi-pihak.
Pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat harus bersinergi untuk mencapai tujuan ini.
Transformasi Pola Pikir dan Inovasi Pertanian
Retno menyoroti pentingnya perubahan paradigma dalam pengelolaan sumber daya air.
Para pemangku kepentingan perlu mengadopsi prinsip “produce more with less”—memproduksi lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit.
Manajemen air yang efektif bukanlah beban tambahan, melainkan investasi jangka panjang.
Inovasi pertanian yang mengedepankan efisiensi penggunaan air akan menjadi kunci dalam mewujudkan ketahanan pangan, baik di tingkat nasional maupun global.
Efisiensi Penggunaan Air dalam Pertanian
Teknologi irigasi modern, seperti sistem irigasi tetes dan sprinkler, dapat membantu meminimalisir pemborosan air.
Pengembangan varietas tanaman yang tahan kekeringan juga sangat penting untuk menghadapi tantangan perubahan iklim.
Data dan Informasi yang Andal: Fondasi Perencanaan yang Efektif
Data yang akurat dan terpercaya menjadi dasar perencanaan yang baik dalam produksi pangan.
Informasi mengenai ketersediaan air, kebutuhan agregat untuk produksi pangan, dan fluktuasi ketersediaan air sangat krusial.
Dengan data yang komprehensif, perencanaan produksi pangan dapat lebih tangguh menghadapi perubahan iklim, kekeringan, dan berbagai faktor lainnya.
Sistem monitoring dan pengumpulan data yang terintegrasi perlu dikembangkan dan diimplementasikan secara efektif.
Kesimpulannya, pencapaian swasembada pangan Indonesia sangat bergantung pada manajemen air yang berkelanjutan dan terintegrasi. Kolaborasi antar pemangku kepentingan, inovasi teknologi pertanian, dan data yang akurat akan menjadi kunci keberhasilan dalam upaya ini. Melihat tantangan perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk, investasi pada manajemen air yang efisien bukan hanya penting, tetapi juga mendesak.