Manchester City didenda fantastis karena melanggar aturan waktu kickoff. Kabar ini muncul berbarengan dengan bergabungnya Tijjani Reijnders, pemain baru berdarah Indonesia.
Pelanggaran Kickoff Manchester City: Denda Rp23,9 Miliar
Premier League menjatuhkan denda 1,08 juta poundsterling (sekitar Rp23,9 miliar) kepada Manchester City. Penyebabnya adalah pelanggaran berulang aturan waktu kickoff selama musim 2023/2024.
Pelanggaran tersebut terjadi pada beberapa pertandingan, termasuk Derby Manchester di Old Trafford. Jeda babak kedua di laga tersebut molor hingga 2 menit 24 detik.
Manchester City mengakui kesalahannya dan tidak mengajukan banding. Klub menyatakan permintaan maaf atas insiden ini. Pihak klub juga telah membayar denda tersebut sesuai tenggat waktu.
Reijnders dan Bayang-Bayang Denda Fantastis
Kedatangan Tijjani Reijnders ke Manchester City menjadi perbincangan hangat. Hal ini terjadi di tengah kabar denda besar yang diterima klub barunya.
Meskipun tidak ada hubungan langsung, kedua berita tersebut tetap menarik perhatian publik. Kabar ini menimbulkan banyak pertanyaan dari fans di media sosial.
Catatan Buruk Manchester City dalam Aturan Kickoff
Manchester City ternyata memiliki catatan buruk terkait waktu kickoff. Tercatat, klub tersebut telah melakukan 22 pelanggaran sepanjang musim 2022/2023 dan 2023/2024.
Total denda yang telah dibayarkan Manchester City akibat pelanggaran ini melebihi 2 juta poundsterling. Hal ini menunjukkan konsistensi pelanggaran yang dilakukan oleh klub tersebut.
Premier League menerapkan aturan L.33 yang mengatur waktu kickoff dan restart pertandingan. Aturan ini bertujuan untuk menjaga kualitas kompetisi dan kenyamanan penonton.
Keterlambatan kickoff berpotensi mengganggu ritme pertandingan dan kepuasan penonton baik di stadion maupun di rumah. Liga Inggris berkomitmen untuk menegakkan aturan ini demi kelancaran kompetisi.
Manchester City kini telah membayar denda dan berkomitmen untuk mematuhi aturan Premier League. Kejadian ini menjadi pengingat penting tentang pentingnya profesionalisme dan kepatuhan terhadap aturan dalam sepak bola profesional. Kasus ini juga menimbulkan diskusi mengenai efektivitas penegakan aturan dan konsekuensi dari pelanggaran tersebut.