Iran melancarkan serangan rudal terhadap pangkalan militer terbesar Amerika Serikat di Timur Tengah, Al Udeid di Qatar, pada Senin (23/6) malam. Serangan ini merupakan balasan atas keterlibatan AS dalam konflik Israel-Iran, khususnya pemboman fasilitas nuklir Teheran oleh AS. Video yang beredar menunjukkan rudal-rudal membelah langit Qatar, memicu kepanikan di kalangan warga sipil.
Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) mengklaim enam dari sejumlah rudal yang diluncurkan berhasil menghantam Al Udeid. Tidak lama setelahnya, Iran juga melancarkan serangan ke Israel. Kejadian ini meningkatkan ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah secara signifikan.
Pertanyaan mengenai jenis rudal yang digunakan Iran menjadi sorotan. Seorang pejabat Kementerian Pertahanan AS mengkonfirmasi penggunaan rudal balistik jarak menengah dan pendek buatan Iran dalam serangan ke Al Udeid, tetapi tidak merinci jenis rudal spesifiknya. Iran sendiri juga belum secara resmi mengungkapkan jenis rudal yang digunakan baik dalam serangan ke Al Udeid maupun ke Israel.
Juru bicara IRGC hanya menyatakan bahwa pasukan mereka menggunakan rudal terbaru yang sulit dideteksi dan dicegat. Laporan-laporan menyebutkan Iran memiliki lebih dari 3.000 rudal, beberapa di antaranya memiliki jangkauan hingga ribuan kilometer. Jarak dari Iran ke Qatar sekitar 1.890 km, sedangkan ke Israel sekitar 2.300 km.
Rudal-rudal Ganas Iran: Kemungkinan yang Digunakan
Berikut beberapa rudal canggih Iran yang berpotensi digunakan dalam serangan tersebut:
Sejjil
Sejjil merupakan salah satu rudal balistik paling canggih milik Iran, dianggap sebagai ancaman serius di Timur Tengah. Dilaporkan memiliki jangkauan sekitar 2.000-2.500 km, cukup untuk menjangkau Israel, Arab Saudi, dan pangkalan AS di Timur Tengah. Kecepatannya yang mencapai Mach 12-14 saat memasuki atmosfer dan Mach 5 saat menghantam target membuatnya sulit dicegat.
Kecepatan Sejjil diklaim lebih dari 17.000 km/jam, menurut laporan Euronews. Kemampuan dan kecepatannya menjadikan Sejjil sebagai ancaman serius bagi negara-negara di kawasan tersebut.
Emad
Emad merupakan rudal balistik jarak menengah lainnya dalam persenjataan Iran. Rudal ini memiliki hulu ledak yang bisa bermanuver selama penerbangan, meningkatkan akurasi dan kemampuannya untuk menghindari sistem pertahanan rudal. Kemampuan manuver Emad membuatnya menjadi ancaman yang lebih sulit untuk diatasi.
Emad, bersama dengan Ghadr-1 dan rudal hipersonik Fattah-1, juga diduga digunakan dalam serangan-serangan sebelumnya ke Israel. Ketiga rudal ini mewakili kemampuan rudal balistik Iran yang semakin canggih.
Ghadr
Rudal Ghadr memiliki jangkauan 1.800-2.000 km, mampu mencapai pangkalan AS di Qatar. Laporan-laporan menyebutkan rudal ini dapat membawa hulu ledak nuklir, kimia, dan submunisi, meningkatkan potensi kerusakan yang ditimbulkannya. Kemampuan multi-hulu ledaknya menjadikan Ghadr ancaman yang sangat berbahaya.
Fattah
Fattah adalah rudal hipersonik dengan kecepatan 15 kali kecepatan suara dan jangkauan hingga 1.400 kilometer. Kemampuannya untuk mengubah lintasan selama penerbangan membuatnya sangat sulit untuk dicegat oleh sistem pertahanan rudal konvensional. Kecepatan dan manuverabilitasnya merupakan terobosan teknologi rudal Iran.
Selain rudal-rudal di atas, serangan ke Israel pada April dan Oktober 2024 juga diduga melibatkan rudal Khaibar Shekan, yang dilengkapi sirip kontrol dan navigasi satelit, meningkatkan presisi dan kemampuan manuvernya di atmosfer. Iran tampaknya memiliki arsenali rudal yang beragam dan canggih.
Serangan Iran ke Al Udeid dan Israel menandai peningkatan signifikan dalam ketegangan regional. Kemampuan rudal Iran yang semakin canggih menimbulkan kekhawatiran bagi negara-negara di kawasan tersebut dan dunia internasional. Kemampuan manuver dan kecepatan rudal-rudal ini merupakan tantangan bagi sistem pertahanan rudal konvensional.
Kejadian ini menggarisbawahi pentingnya diplomasi dan de-eskalasi untuk mencegah eskalasi lebih lanjut konflik dan menjaga stabilitas regional. Penggunaan rudal-rudal canggih ini juga memerlukan evaluasi dan pengembangan lebih lanjut terhadap sistem pertahanan rudal oleh negara-negara yang menjadi target potensial.