Amerika Serikat melancarkan serangan militer besar-besaran terhadap Iran pada Minggu dini hari, 22 Juni 2025. Serangan tersebut menargetkan tiga situs nuklir utama Iran: Natanz, Fordo, dan Isfahan. Presiden AS Donald Trump mengklaim operasi ini sebagai respons terhadap ancaman nuklir yang dianggap serius oleh Washington.
Pernyataan Trump melalui media sosial menegaskan keberhasilan operasi militer tersebut. Ia menyatakan telah berhasil mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Serangan ini menimbulkan kekhawatiran global akan eskalasi konflik di Timur Tengah.
Serangan Udara Terkoordinasi terhadap Infrastruktur Nuklir Iran
Operasi militer yang diberi nama “Midnight Hammer” melibatkan lebih dari 125 pesawat tempur. Tujuh pesawat pembom siluman B-2 terbang langsung dari Amerika Serikat menuju Iran.
Pesawat-pesawat B-2 tersebut meluncurkan rudal presisi tinggi ke target yang telah ditentukan. Misi yang berlangsung selama 18 jam ini berhasil dilakukan secara rahasia tanpa terdeteksi sistem pertahanan Iran.
Strategi Pengalih perhatian
Untuk mengelabui pertahanan Iran, AS menggunakan strategi pengalih perhatian. Sejumlah pesawat B-2 terlihat menuju Guam sebelum serangan utama diluncurkan dari arah timur.
Ini menunjukkan perencanaan yang matang dan terkoordinasi dalam operasi militer tersebut. Keberhasilan serangan ini mencerminkan superioritas teknologi militer Amerika Serikat.
Fasilitas Nuklir yang Menjadi Sasaran Serangan
Fasilitas Fordo, sebuah situs bawah tanah dengan sistem keamanan yang sangat ketat, menjadi salah satu target utama. Serangan terhadap Fordo dilakukan dengan menggunakan pesawat pembom yang membawa muatan bom berat.
Natanz, yang sebelumnya juga pernah diserang oleh Israel, kembali menjadi sasaran dalam operasi ini. Isfahan, tempat penyimpanan uranium tingkat tinggi, juga tidak luput dari serangan.
Kerusakan yang Dilaporkan
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menyatakan program nuklir Iran telah hancur akibat serangan tersebut. Jenderal Dan Caine menambahkan bahwa kerusakan di ketiga lokasi sangat besar dan parah.
Serangan ini difokuskan pada infrastruktur nuklir, bukan pada pasukan atau warga sipil Iran. Hegseth menekankan bahwa serangan tersebut tidak menargetkan warga sipil Iran.
Respons Iran dan Kekhawatiran Eskalasi Konflik
Menanggapi serangan tersebut, penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Akbar Velayati, mengeluarkan ancaman balasan. Ia menyatakan bahwa setiap negara yang digunakan AS sebagai pangkalan untuk menyerang Iran akan menjadi target sah bagi angkatan bersenjata Iran.
Ancaman balasan dari Iran meningkatkan kekhawatiran internasional akan eskalasi konflik di Timur Tengah. Banyak pihak mengkhawatirkan potensi perang regional yang lebih luas.
Dampak Global
Serangan ini telah memicu reaksi internasional yang beragam. Beberapa negara mengecam tindakan AS, sementara yang lain menyatakan dukungan.
Dampak ekonomi global juga menjadi perhatian. Pasar saham Asia Pasifik misalnya, menunjukkan penurunan yang signifikan sebagai respons terhadap serangan tersebut.
Serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran merupakan peristiwa penting yang berpotensi memicu eskalasi konflik di Timur Tengah. Ancaman balasan dari Iran dan ketidakpastian situasi politik regional menjadikan peristiwa ini sebagai titik kritis dalam hubungan antara AS dan Iran. Ke depannya, dunia internasional akan terus memantau perkembangan situasi dengan seksama untuk mengantisipasi dampak lanjutan dari serangan ini.