Sebuah serangan rudal balistik skala besar dari Iran mengguncang Israel dini hari tadi. Serangan ini menargetkan beberapa titik strategis di wilayah selatan dan pusat kota Tel Aviv, termasuk infrastruktur militer, jaringan listrik, komunikasi, dan rumah sakit. Kerusakan yang ditimbulkan sangat signifikan.
Sistem pertahanan udara Israel, Iron Dome dan Arrow, diaktifkan. Namun, banyak rudal yang berhasil menembus pertahanan dan menghantam sasaran dengan presisi tinggi. Laporan dari warga Tel Aviv menyebutkan bahwa sistem pertahanan seolah-olah hanya menjadi penonton.
Serangan Rudal Iran dan Dampaknya terhadap Infrastruktur Israel
Lebih dari 400 fasilitas publik mengalami kerusakan berat. Sekitar 120 instalasi militer dilaporkan lumpuh total.
Salah satu markas pertahanan utama Israel hancur setelah terkena serangan langsung. Kejadian ini mengakibatkan hilangnya markas tersebut dari radar.
Jumlah korban jiwa mencapai ratusan. Rumah sakit kewalahan menangani pasien dan kekurangan pasokan medis.
Respon Pemerintah Israel dan Komunitas Internasional
Pemerintah Israel segera mengumumkan status darurat nasional. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu langsung mengadakan konferensi pers.
Netanyahu meminta dukungan dari komunitas internasional. Namun, respon internasional sangat terbatas.
Amerika Serikat, sekutu utama Israel, hanya menyatakan keprihatinan dan menyerukan semua pihak untuk menahan diri. Mereka menegaskan tidak akan mengirim bantuan militer dalam waktu dekat.
Kondisi Sipil dan Politik di Israel Pasca Serangan
Aksi penjarahan terjadi di beberapa kota, seperti Haifa dan Berseba. Warga berebut mendapatkan pasokan makanan dan air bersih.
Pemerintah memberlakukan lockdown darurat. Namun, keterbatasan logistik membuat banyak warga memilih meninggalkan rumah mereka.
Jaringan transportasi nasional lumpuh total. Bandara Ben Gurion ditutup, kereta api berhenti beroperasi, dan jalan tol dipenuhi kendaraan yang ditinggalkan.
Tekanan politik terhadap Netanyahu meningkat tajam. Oposisi menuduh pemerintah gagal menjaga keamanan nasional.
Beberapa mantan jenderal mengkritik sistem pertahanan yang terlalu percaya diri namun kurang siap operasional. Survei menunjukkan lebih dari 65% warga Israel tidak lagi percaya pada kepemimpinan Netanyahu.
Netanyahu menolak desakan untuk mundur. Upaya Israel untuk membentuk koalisi internasional juga belum membuahkan hasil.
Beberapa negara Eropa enggan terlibat, khawatir konflik akan meluas. Dewan Keamanan PBB belum mencapai kesepakatan untuk mengadakan sidang darurat.
Sumber internal menyebutkan Netanyahu sangat frustrasi. Ia telah menghubungi beberapa pemimpin dunia, namun tanggapan yang diterima sejauh ini bersifat simbolik.
Pemerintah Iran belum memberikan pernyataan resmi. Namun, media pemerintah menggambarkan serangan tersebut sebagai balasan atas kebijakan agresif Israel di Timur Tengah.
Informasi yang tersebar di media sosial menjadi sumber utama bagi warga karena komunikasi nasional terganggu. Namun, banyak informasi yang simpang siur dan belum terverifikasi.
Israel kini menghadapi krisis multidimensi: serangan eksternal, kerusakan infrastruktur, ketidakstabilan politik, dan hilangnya kepercayaan publik. Tanpa bantuan asing dan dengan militer yang terguncang, masa depan keamanan dan stabilitas kawasan menjadi tidak pasti. Perlu dicatat bahwa tulisan ini merupakan narasi fiksi geopolitik berbasis simulasi krisis, bukan laporan aktual. Artikel ini dibuat sebagai latihan analisis strategis dan ilustrasi naratif untuk menggambarkan kompleksitas hubungan internasional dan dinamika konflik modern.