Ketegangan antara Iran dan Israel mencapai puncaknya pada Juni 2025. Konflik yang telah berlangsung sejak April lalu memasuki babak baru yang jauh lebih berbahaya.
Untuk pertama kalinya dalam konflik ini, Iran menggunakan rudal balistik jarak jauh Sejjil dalam serangan langsung ke wilayah Israel. Serangan ini menandai eskalasi signifikan dalam pertikaian kedua negara.
Serangan Rudal Sejjil dan Reaksi Iran
Pada Minggu, 22 Juni 2025, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran melancarkan Operation True Promise III. Mereka meluncurkan rudal Sejjil, senjata strategis berbahan bakar padat yang sulit dideteksi radar, ke wilayah Israel.
IRGC menyatakan peluncuran rudal ini sebagai “permulaan dari pembukaan gerbang neraka untuk rezim Zionis”. Pernyataan tersebut disampaikan melalui siaran pers yang dikutip kantor berita Tasnim.
Ancaman IRGC bernada keras. Mereka menegaskan langit Israel terbuka bagi rudal dan pesawat nirawak Iran.
Serangan rudal Sejjil menimbulkan kerusakan besar di Tel Aviv, ibukota Israel. Warga panik dan menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman.
Balasan Israel dan Amerika Serikat
Israel merespon serangan Iran dengan menutup ruang udaranya. Sistem pertahanan udara mereka, termasuk Iron Dome, David’s Sling, dan Arrow-3, diaktifkan secara penuh.
Meskipun sebagian besar rudal berhasil dicegat, beberapa fragmen rudal dilaporkan menghantam wilayah sipil. Kerusakan material dan korban jiwa tak terelakkan.
Amerika Serikat ikut campur tangan dengan melancarkan serangan udara besar-besaran. Tiga situs nuklir utama Iran, Fordo, Natanz, dan Isfahan, menjadi sasaran serangan rudal presisi tinggi dan bom penghancur bunker.
Presiden AS Donald Trump menyebut operasi tersebut sebagai serangan presisi untuk menetralisir ambisi nuklir Iran. Ia menegaskan komitmen AS untuk mencegah Iran menjadi negara nuklir.
Korban Jiwa dan Dampak Strategis
Serangan balasan tersebut mengakibatkan jatuhnya korban jiwa di kedua belah pihak. Lebih dari 200 warga Iran tewas, termasuk sejumlah pejabat militer senior.
Di pihak Israel, 24 warga negara mereka meninggal dunia, sebagian besar akibat runtuhan bangunan dan ledakan. Angka korban jiwa ini masih terus diperbarui.
Kemampuan rudal Iran diperkirakan melemah akibat kerusakan pada peluncur dan gudang amunisi. Sementara itu, pertahanan udara Israel juga mengalami tekanan dan diperkirakan hanya mampu bertahan selama 10-12 hari ke depan tanpa bantuan logistik dari AS.
Ancaman Perang Regional dan Global
Eskalasi konflik ini menandai pergeseran dari konflik terselubung menjadi perang terbuka antara negara-negara besar di Timur Tengah.
Keterlibatan langsung AS, ditambah kehadiran pembom strategis B-2 di Guam dan ancaman dari kelompok pro-Iran, meningkatkan risiko meluasnya konflik secara global.
Kehadiran kelompok pro-Iran seperti Houthi di Yaman dan milisi di Irak menambah kekhawatiran akan meluasnya konflik. Situasi ini membutuhkan perhatian serius dari seluruh dunia.
Peluncuran rudal Sejjil dan serangan balasan terhadap fasilitas nuklir Iran telah meningkatkan ketegangan internasional. Dunia menyaksikan dengan cemas potensi meluasnya konflik ini.
Masih ada harapan untuk diplomasi dan penyelesaian damai. Namun, waktu semakin mendesak untuk mencegah dunia terjerumus lebih dalam ke dalam konflik yang lebih besar.
Penulis: Dudun Hamidullah
Sumber: Youtube Alex Xa Gokil News