Lawang Sewu, bangunan bersejarah di Semarang, tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah kolonial Belanda, tetapi juga kini menjadi tempat ibadah yang khidmat. Setelah sebelumnya digunakan untuk ibadah Kenaikan Yesus Kristus, Gedung Lawang Sewu kembali menampung jemaah, kali ini untuk melaksanakan salat Idul Adha.
Ratusan warga Semarang dan sekitarnya memenuhi halaman Lawang Sewu Jumat pagi (6/6), menjadikan bangunan ikonik tersebut sebagai tempat peribadatan yang penuh makna. Suasana khusyuk menyelimuti area salat, menggantikan suasana wisata yang biasanya ramai.
Pengalaman Salat Idul Adha di Lawang Sewu
Bagi Keysa (17), seorang remaja Semarang, salat Idul Adha di Lawang Sewu merupakan pengalaman tak terduga. Awalnya berencana menuju Masjid Agung yang ramai, ia akhirnya memilih Lawang Sewu karena letaknya yang strategis.
Keysa mengaku sangat terkesan. Ini menjadi kunjungan pertamanya ke Lawang Sewu dan ia merasa senang bisa salat di tempat bersejarah dengan arsitektur yang indah.
Suasana pagi yang sejuk dan jauh dari hiruk pikuk kendaraan membuat suasana salat semakin khusyuk. Ia bahkan berharap kegiatan serupa dapat dilakukan kembali di masa mendatang.
Tri Agustina (45), warga Petompon, sengaja datang untuk salat Idul Adha di Lawang Sewu. Ia sebelumnya pernah salat Idul Fitri di lokasi yang sama dan ingin merasakan kembali suasana tersebut.
Tri merasa nyaman dengan lokasi salat yang luas dan strategis. Baginya, kegiatan ini juga menjadi cara mempromosikan Lawang Sewu sebagai ikon kota yang hidup dan terbuka untuk berbagai kegiatan.
Hal senada disampaikan Hafizh (20), mahasiswa Semarang yang pertama kali mengunjungi Lawang Sewu. Ia mengaku terkejut dan terkesan bisa salat Idul Adha di lokasi tersebut.
Menghapus Stigma Mistis Lawang Sewu
Hafizh berharap, kegiatan keagamaan di Lawang Sewu dapat terus dilakukan dan lebih beragam. Menurutnya, hal ini dapat membantu menghapus stigma mistis yang selama ini melekat pada bangunan tersebut.
Ia meyakini, dengan banyaknya kegiatan positif dan inovatif di Lawang Sewu, persepsi masyarakat tentang tempat ini akan semakin positif.
Apresiasi dan Harapan Ke Depan
Anton Poniman, Vice President Optimalitation Asset PT. KAI Pariwisata, mengapresiasi antusiasme masyarakat yang tinggi. Ia menyebutkan, ini bukan kali pertama Lawang Sewu digunakan untuk kegiatan keagamaan.
Lawang Sewu sebelumnya juga pernah digunakan untuk salat Idul Fitri dan ibadah agama lain, menunjukkan keterbukaan dan fleksibilitas pemanfaatan bangunan bersejarah ini.
Anton berharap, jemaah tidak hanya menjalankan ibadah, tetapi juga bisa menikmati fasilitas dan keindahan Lawang Sewu. Ia pun membuka peluang bagi kegiatan keagamaan lainnya di masa depan.
Salat Idul Adha di Lawang Sewu menjadi bukti bahwa bangunan tua dapat menjadi lebih dari sekadar saksi sejarah. Ia dapat berfungsi sebagai tempat ibadah, pertemuan, dan ruang publik yang inklusif dan bermanfaat bagi masyarakat.
Semoga kegiatan positif seperti ini dapat terus berlanjut, membangun citra Lawang Sewu sebagai tempat bersejarah yang hidup dan bermakna bagi masyarakat Semarang.
Suasana khidmat salat Idul Adha di Lawang Sewu menunjukkan potensi bangunan bersejarah sebagai ruang publik yang multifungsi. Semoga inovasi dan kegiatan positif lainnya akan terus dilakukan untuk meningkatkan nilai historis dan sosial Lawang Sewu.
Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng