Negosiasi tarif impor antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) masih berlanjut. Belum ada kesepakatan yang tercapai menjelang batas akhir penundaan penerapan tarif baru pada 8 Juli 2025.
Kedua negara masih berupaya mencapai kesepakatan yang menguntungkan. Indonesia berharap tarif impor resiprokal dapat diturunkan dari angka 32% yang sebelumnya diumumkan.
Negosiasi Tarif Impor Masih Berjalan
Menteri Perdagangan Budi Santoso menyatakan negosiasi belum membuahkan hasil. Proses masih terus berlangsung, menunggu perkembangan situasi di AS.
Kementerian Perdagangan Indonesia tengah mengidentifikasi 10 produk ekspor ke AS. Hasil identifikasi ini akan menjadi bahan negosiasi selanjutnya.
Salah satu fokus identifikasi adalah negara pesaing Indonesia. Pemerintah ingin memastikan agar Indonesia tidak menanggung biaya impor yang lebih tinggi dibanding negara lain, seperti Malaysia, untuk produk-produk yang sama.
Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Tetap Positif
Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 15,38 miliar pada periode Januari-Mei 2025. Nilai ekspor Indonesia naik 6,98%, bahkan tren kenaikan mencapai 11,54%.
Meskipun ekspor sempat menurun pada April, hal ini disebabkan oleh libur Lebaran. Penundaan ekspor oleh beberapa eksportir akibat ketidakpastian tarif juga turut memengaruhi.
Kondisi ini menunjukkan bahwa perang dagang belum memberikan dampak signifikan pada perdagangan Indonesia. Namun, perlu diingat bahwa perdagangan dengan AS tetap sangat penting bagi perekonomian Indonesia.
Peran Penting AS dalam Perdagangan Indonesia
AS merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia. Pada 2024, AS berkontribusi pada surplus terbesar kedua di neraca dagang Indonesia, mencapai US$ 14,34 miliar.
Hingga Mei 2025, AS bahkan menduduki posisi pertama. Indonesia mencatatkan surplus US$ 7,08 miliar dari perdagangan dengan AS pada periode Januari-Mei 2025.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto telah melakukan beberapa kali pertemuan dengan pejabat AS. Pertemuan tersebut membahas negosiasi tarif resiprokal.
AS tidak mengajukan permintaan tambahan selama proses pertukaran dokumen negosiasi. Permintaan utama AS adalah menyeimbangkan neraca perdagangan kedua negara, mengingat surplus signifikan yang dicatat Indonesia (US$ 18-19 miliar).
Pemerintah Indonesia kini menunggu keputusan Presiden AS Donald Trump. Airlangga tetap optimistis bahwa Trump akan mempertahankan hubungan dagang yang baik dengan Indonesia.
Secara keseluruhan, negosiasi tarif impor antara Indonesia dan AS masih berlanjut dengan harapan tercapainya kesepakatan yang saling menguntungkan. Meskipun masih ada ketidakpastian, surplus neraca perdagangan Indonesia yang tetap positif menunjukkan ketahanan ekonomi Indonesia di tengah dinamika perdagangan global.