Hubungan yang dulunya erat antara Elon Musk dan Donald Trump kini telah berubah drastis. Dari sekutu politik yang saling mendukung, keduanya kini terlibat perseteruan terbuka di media sosial, bahkan berimbas pada pasar saham. Perubahan hubungan ini memberikan gambaran menarik tentang dinamika politik dan bisnis di Amerika Serikat.
Perselisihan ini bermula setelah Elon Musk mengundurkan diri dari jabatan Kepala Department of Government Efficiency (DOGE) pada 30 Mei 2025. Meskipun Musk menyatakan akan tetap menjadi penasihat dan teman Trump, keretakan mulai terlihat.
Perselisihan Mengenai RUU “One Big Beautiful Bill”
Puncak konflik terjadi setelah Trump mengajukan Rancangan Undang-Undang “One Big Beautiful Bill” (BBB) ke Kongres. RUU ini bertujuan untuk melakukan reformasi besar-besaran di berbagai sektor, diklaim mampu menghemat anggaran negara hingga 1,6 triliun dollar AS.
Namun, Musk secara terbuka mengkritik RUU tersebut. Ia menyebutnya “menjijikkan” dan menganggap RUU ini justru akan memperparah defisit anggaran. Kritik keras ini disampaikan melalui platform X dan disusul dengan serangkaian unggahan yang semakin memperkeruh suasana.
Perang Saling Sindir di Media Sosial
Pernyataan Musk memicu balasan dari Trump melalui Truth Social. Trump menyindir keputusan Musk mundur dari DOGE dan mempertanyakan pemahaman Musk terhadap isi RUU tersebut.
Musk membantah tuduhan tersebut dan menyatakan dirinya tidak pernah mendapat akses dokumen resmi terkait RUU BBB. Perang pernyataan semakin memanas, dengan Musk menjuluki RUU tersebut sebagai “Slim Ugly Bill” dan menuduh Trump sebagai pemimpin yang tidak tahu berterima kasih.
Trump membalas dengan menyebut Musk “gila” dan mengancam akan mencabut subsidi pemerintah untuk Tesla dan SpaceX. Ia bahkan menuding Musk menggunakan obat ketamin sebagai penyebab perilakunya yang dinilai emosional di media sosial. Musk membantah tuduhan tersebut, meskipun mengakui pernah menggunakan ketamin di masa lalu untuk mengatasi stres.
Ancaman Penghentian Misi SpaceX
Di tengah ketegangan ini, Musk sempat mengancam akan menghentikan misi SpaceX Dragon yang membawa astronot NASA dari Stasiun Luar Angkasa Internasional. Ancaman ini kemudian dicabut keesokan harinya.
Dampak Perseteruan terhadap Pasar Saham dan Politik
Konflik ini berdampak nyata pada pasar saham. Saham Tesla anjlok dari 342 dollar AS menjadi 295 dollar AS hanya dalam waktu tiga hari. Trump dikabarkan akan menjual mobil Tesla miliknya sebagai bentuk protes.
Lebih jauh, perseteruan ini berdampak pada lanskap politik. Musk mengisyaratkan pembentukan partai politik baru, sementara Trump tetap ngotot agar RUU BBB disahkan. Ia berdalih penolakan terhadap RUU ini akan berdampak pada kenaikan pajak dan mengancam stabilitas ekonomi AS.
Meskipun suasana mulai mereda pada 6 Juni, Trump menegaskan tidak ingin berbaikan dengan Musk. Ia menyebut Musk sebagai sosok yang “kasihan” dan memiliki “masalah serius”.
Perseteruan Musk dan Trump telah berubah dari sekutu menjadi rival. Peristiwa ini tidak hanya menunjukkan benturan ego kedua tokoh, tetapi juga memperlihatkan betapa sensitifnya kebijakan ekonomi dan politik AS terhadap dinamika personal para elitnya. Konflik ini menjadi pelajaran berharga tentang kompleksitas hubungan antara dunia bisnis, politik, dan publik. Dampak jangka panjang dari perseteruan ini masih harus dinantikan.